31 Dec 2013

Pentil ban tubeless lepas di rest area


Saat berangkat dari Jakarta menuju Bandung, perjalanan pada dasarnya lancar. Akupun tidak sempat ke rest area. 'Taktik'-ku mengunyah permen karet selama ini selalu berhasil menghilangkan rasa kantuk saat berada di jalan tol Cipularang.

Hingga akhirnya tiba di Rest Area 88, aku membelokkan karimun kotak-ku untuk sekedar beristirahat dan ke toilet, juga mengisi bensin. Saat mau ke toilet, ku lihat ban kanan depan sedikit kurang angin. Untunglah sudah di rest area, nanti isi angin setelah isi bensin, pikirku.

Usai mengisi bensin, aku mulai mengisi tiap-tiap ban, depan dan belakang. Tiba giliran mengisi angin ban depan kanan, saat akan kututup pentilnya, ternyata berbunyi cuuuussss.... Bunyi angin bocor. Aku tekan dan tahan tutup pentil dan tak lama bussss ... selubung pentilnya keluar. Ban yang baru saja kuisi angin langsung melempem. Ampun dah. Baru kali ini aku mengalami pentil lepas. Bukan bocor, tapi benar-benar lepas. Kenapa lepas ? Mungkin bayangan Anda seperti pentil yang dilepas oleh petugas Dishub, atau saat mau menambal ban motor, pentilnya kan suka dilepas tuh. Bukan, pentilnya lepas bersama ulirannya yang di dalam. Jadi mungkin karena karet, ulirannya jadi aus, lepas semua.

Untungnya ada satpam yang baik hati menolongku, dari memasang dongkrak, membawa ban kempes tadi ke sebelah SPBU, katanya ada bengkel disana, tapi ternyata persediaan pentil tidak ada. Dan akhirnya pak satpam yang baik hati itu mengganti ban depan dengan ban serep yang ada di dalam mobil. Sayang aku lupa bertanya siapa namanya. Orangnya cukup gemuk, agak hitam, murah senyum dan berlogat Sunda. Pokona mah, nuhun kang tos dibantosan. Kalau tidak, kasihan anak dan istri menanti dengan cemas.

Saat aku menanyakan pada pa satpam, apa ada rest area selanjutnya, dia bilang tidak ada lagi. Waduh, padahal baru KM 88, dan Bandung ada di km 127-an. Semoga ban serepku mampu bertahan. Dan sempet degdegan juga karena ban kiri depan ternyata pentil karetnya juga mulai terlihat getas. jangan-jangan mengalami hal yang sama.

Saat aku masuk lagi dan siap melanjutkan perjalanan ke Bandung, aku mendapati anakku yang gede memberikan selembar tisu untukku. Kasihan katanya, melihatku berpeluh membongkar bagasi mengeluarkan ban dan menyiapkan mobil kembali siap. Thanks my dear.

Tiba di Bandung, aku mencari bengkel tambal ban mobil untuk memasang pentil yang baru. Aku baru menyadari kalau pentil ban tubeless letaknya di velg dan karena ga ada ban dalam, jadi cuma "ditempel" di velgnya saja. Dasar oon, kenapa baru menyadari sekarang :D

Sekalian saja aku juga minta tukang tambal ban untuk mengganti pentil di ban kiri yang terlihat sudah getas. Biar aman. Total uang yang kukeluarkan Rp. 25.000 untuk dua pentil plus pemasangannya.

Jadi yang kaya gininya yang diganti sekalian



30 Dec 2013

Menikmati Nasi Ayam Betutu di Cafe Bali Bandung


Wiskul kali ini berada di tempat kelahiranku, Bandung. Tempatnya ada di daerah Riau, di jalan Martadinata. Nama tempatnya Cafe Bali.

Berhubung saat itu sudah malam, suasana di Cafe Bali sudah meriah dengan lampu-lampu di halaman parkir. Parkiran sudah dipenuhi oleh banyak mobil. Jadi buat yang mau ke tempat ini, silahkan ancer-ancer parkir mobilnya.

Saat berada di depan pintu masuk Cafe Bali, aku sempat melihat ada plat nama, menunjukkan kalau tempat itu adalah Rumah Dinas TNI. Betul atau tidaknya aku juga tidak tahu. Hanya ada plat dan ditempel disana. Nah, karena melihat plat rumah dinas itu, aku menyangka kalau Cafe ini luasnya tidak sebegitu besar.

Tapi ternyata pemikiran itu tidak benar adanya. Saat memasuki tempat ini, semakin ke dalam ternyata terlihat semakin luas. Ada halaman rumput juga, dan masih ada bangunan lagi di belakangnya. Beberapa kelompok kursi dan meja, dengan ornamen-ornamen Bali.

Sebenarnya, walaupun namanya Cafe Bali, tapi yang disediakan tidak melulu makanan minuman khas Bali. Ada menu western juga. Nah untuk saat itu aku mencoba untuk pesan makanan yang namanya Nasi Ayam Betutu.

Paket ini sudah termasuk nasi setangkup, ayam, peyek, udang goreng kecil, sate daging gulung, kangkung dan sambal. Entah sambal apa, mungkin dari tomat hijau dan ada campuran apa, rasanya pedas, asem hangat enak. Bikin ketagihan. Secara umum, masakan ini merupakan masakan pedas. Ayam dan kangkungnya dibuat pedas. Yang namanya baru mencoba ayam betutu, jadi belum tahu rasa sesungguhnya ayam ini. Tapi yang jelas yang ada di piring saat itu, ayamnya seperti dibumbu santan, tapi tidak berkuah, empuk, agak pedas.


Bumi Aki, pelayanan prima selain citarasa yang mantap


Desember 2013, saat menjelang akhir tahun, dimana siswa-siswa sekolah sudah mulai pada libur, aku harus melewati jalur Puncak kembali. Seperti yang kita ketahui (mudah-mudahan semua tahu), jalur Puncak selalu diberlakukan buka-tutup terutama di Sabtu dan Minggu. Jadi ada baiknya tahu jadwal buka tutup Puncak. Jangan sampai terjebak hingga 3 atau 4 jam disana. Masih mending jika pas deket dengan warung atau kebun teh, bisa jalan-jalan dulu.

Untuk menghindari kemungkinan terjebak lebih lama, maka aku berangkat dari Cianjur pukul 06 pagi. Aku rasa cukup. Perjalanan sangat lancar. Karimun kotak yang kukendarai terkadang harus ngos-ngosan merayap di jalanan naik. Untunglah, perjalanan kali ini dari Cianjur ke Jakarta, lebih banyak jalanan menurunnya. Apalagi setelah daerah Puncak, tinggal turuun. Tapi berhubung saat itu musim hujan, dan pergi pagi pula, dan kebetulan pula, kabut turun, sehingga pandangan pun terbatas. Lampu depan dan lampu fog aku nyalakan.

Kabut di Puncak bisa benar-benar membatasi jarak pandang hanya beberapa puluh meter saja. Jadi patut waspada, ditambah jalanan yang licin karena hujan, juga menurun. Ok, karena mengejar jam buka tutup, biasanya dari arah Puncak ke Jakarta, jalan akan ditutup pada pukul 09 pagi, dan bisa berlangsung hingga pukul 12 siang. Kendaraan terus melaju, melewati rumah makan yang sebenarnya ingin dikunjungi. Namun mengingat tidak ingin terjebak macetnya, langsung terus saja.

Rasa lega baru dirasakan setelah melihat jalan tol. Sebelum memasuki tol, di sebelah kanan, antrian mobil sudah sangat panjang sekali bersiap memasuki Puncak, namun masih dihalangi oleh motornya Pak Polisi, belum dikasih ijin masuk ke Puncak.

Setelah memasuki tol, kami putuskan mencari makan di Bogor kota saja. Keluar lewat gerbang tol Bogor, Kebun Raya, bayar Rp. 1.000, kami belok kanan ke arah jalan Pajajaran. Mencari-cari terus, dan istriku memberi ide ke Bumi Aki saja, letaknya di sebelah kiri jalan. Akhirnya laju mobil dipelankan dan mulai mencari Rumah Makan Bumi Aki.

Tempatnya gampang dicari, dan dekat pula. Akhirnya, mobil memasuki area Rumah makan Bumi Aki. Saat itu sekitar pukul 10 pagi, kondisi masih kosong dari para pengunjung, mungkin kami yang pertama datang. Baru memasuki area parkir, sudah ada petugas yang memandu kami parkir. Lalu, dua orang petugas berdiri di sebelah kiri dan kanan mobil membukakan pintu mobil kami. Waduh, baru kali ini pelayanannya seperti ini. Padahal sebelumnya di Bumi Nini di Puncak, parkir mobil ya parkir saja, si petugas parkir tinggal prat-prit doang.

Di Bumi Aki Bogor ini, terus terang pelayanannya emang two thumb up dah. Kebetulan kan anakku langsung menuju ayunan, sama karyawannya langsung dilap, karena basah bekas hujan. Orang tua mana yang tidak senang anaknya mendapat care seperti itu :)

Kami memilih tempat makan model saung gazebo. Ada sekitar mungkin 10 meja saung, dan bisa digabung jika "peserta"-nya banyak. Saat itu aku pesan gulai kambing, lemon tea hangat, nasi putih dan pisang keju coklat, sedangkan istriku memilih nasi goreng dan kepala ayam serta teh manis saja.

Pertama yang datang, minuman. Tapi bukannya lemon tea hangat, yang datang ternyata es lemon tea. Karyawannya sih bersiap untuk mengganti, tapi tidak usah saja lah, tidak mengapa. Langsung kucoba, sruput ... Enak. Rasa tehnya, pahit dan kecut dari lemonnya bikin segar. Pokonya mantap. Pantas untuk dicoba.

Makanan harus menunggu, walaupun tidak sebegitu lamanya. Gulai kambing dan nasi putih, juga pesanan istriku terhampar di meja kami. Sebenarnya aku mengharapkan gulai kambing yang sama dengan gulai kambing saat aku mencoba di Rumah Makan Bumi Nini Puncak. Ternyata, sama ! Mantap.

Gulai kambingnya, santannya kental, rasa pedas dan manis, bercampur dengan sempurna. Dagingnya juga super empuk. Kalo soal nasi putih, sepertinya sama saja heee. Gulai kambing dan nasi putih hangat ternyata tidak bisa berlama-lama berada di dalam piring. Dalam sekejap sudah pindah posisi ke dalam perut. Begitupun dengan Nasi Goreng dan kepala ayam. Habis disantap istri dan anakku. Dan katanya nasi gorengnya enak juga.

Rasa lapar, suasana dingin dan hujan, ada makanan hangat dan enak ... menambah suasana syahdu di perut haha. Tinggal menata perut dan kaki agar makanan bereaksi. Tak terasa, ternyata tempat ini sudah banyak dipenuhi para pengunjung yang lain, datang bersama keluarga mereka. Dan Anda tahu, saat itu hujan terus, dan setiap ada pengunjung yang baru datang, para karyawan mendekati mulai dari mobil, memayungi mereka dan mengantar ke area makan. Begitupun mereka yang selesai makan menuju mobil, selalu dipayungi oleh karyawannya. Pelayanan yang top.

Lama juga kami beristirahat dan menunggu perjalanan berikutnya menuju Jakarta, hingga si kecil menumpahkan segelas air teh di atas meja. Dengan sigap karyawan di dekat tempat kami mengelap dan membersihkan meja. Dan yang membuat kami amaze, karyawan wanita ini melakukannya dengan tetap tersenyum. Paling dongkol kalau lihat karyawan (di tempat lain, bukan disini), yang membersihkan meja sambil cemberut, padahal kita sudah minta maaf.

Saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Kami meminta bill dan untuk semua paket itu, kami membayar Rp. 120 ribu. Dan karyawannya, tanpa kenal lelah, mengantar kami ke mobil dan memayungi kami dari hujan. Top Markotop. Rasanya enak, harga cukup, pelayanan prima. Super.

Penilaian :
Rasa masakan : Mantap
Rasa minuman : Mantap
Kebersihan : Top
Toilet : Top (bersih, wangi, toilet duduk dan tersedia tisu)
Karyawan : Top Markotop (tidak ada yang melayani dengan cemberut)
Harga : Good
Parkir : Luas
Playground : Ayunan 2 buah
Keinginan untuk kembali : Sure



23 Nov 2013

Menghilangkan jerawat membandel di muka berminyak


Sebenarnya ini bukan tulisanku. Ini tulisan istriku. Berhubung ga terlalu aktif di blog, jadi nyumbang artikel disini. Ini masalah tentang jerawat. Nah, karena aku ga gitu perhatian terhadap jerawat, jadi tidak pernah nulis tentang jerawat. Jadi begini cerita istriku ...


"Aku cuma ingin berbagi pengalaman, semoga bermanfaat. . .

Sejak abg kulitku cenderung berminyak, seringkali jerawat muncul tanpa sebab, tapi ga banyak, satu tapi gede, ngilanginnya lama. Berbagai obat jerawat udah kujajal, dari mulai yg pasaran sampai produk dokter. Saat aku SMU (sekarang SMA), aku cocok menggunakan clearesil, lalu kuliah mulai mengenal clean n clear dan mujisat jerawat sari ayu. Mereka berdua memberantas jerawatku dengan cepat, bergantian aja pakainya, kalo kuliat keadaan kulit kering, pake clean n clear, kalo lagi keadaan kulit berminyak, pake mujisat jerawat. Dua benda itu tak boleh kosong di kost-an ku.

Untuk pelembab aku paling cocok Nivea Visage yg cair (water base), karena ringan di kulit. Memakai clean n clear moisturizer juga ok tuh, ampe sekarang aku pake. MOisturizer yg paling cocok ya clean n clear yg oil free itu.

Sampai sekarang jerawat datang dan pergi. Yang bikin sebel, jerawat ga mateng-mateng, tapi nangkring aja,  bengkak sakit merah. Kadang facial, kadang kukeluarin sendiri, tapi hampir ga pernah didiemin n sembuh sendiri, habis komedonya ga keluar, gimana mau sembuh. Kayanya bersembunyi dalam sekali dia. Sampai akhirnya aku memberanikan diri nyoba obat acne racikan tanpa merek, bukan karena clean n clear n mujisat jerawat sari ayu dah ga mempan, tapi lebih ke bosen ma jerawat, siapa tau bisa lenyap dengan cepat. Pas dipake tu obat, ko mukaku berasa tebel, ampe 3 hari aku apply malah makin parah, lalu ku stop. Pas diperhatikan ternyata jerawat yang ada di muka bukannya matang atau kering malah menebal, kulit sekitar jerawat jadi kebas, kaya mati rasa. Aku diemin eh ga sembuh-sembuh, malah bengkak, Karena udah ga keruan maka langsung cabut ke erha. Erha adalah skin care Clinic anadalanku sejak lulus kuliah, kesanalah aku pergi kalo lagi purging tak terkendali.

Singkat cerita aku diberi rangkaian  perawatan berupa cream dan facial scrub, jujur kalo dah ke erha ada rasa optimis, sugesti kan penting ya buuu. Maka mulailah aku memakai semua rangkaian produk erha dari pagi sampai malam, tapi. . . komedo yg masih tertanam sambil aku cicil dikeluarin, biar hasilnya makin cepat dan bagus, kulit jg cepet rata, menurut pengalaman dan pengamatanku.  Maka setelah sebulan tampaklah hasilnya, muka ku udah mulai glowing, tentunya setelah pengelupasan kulit mati dulu. Cukup puas dengan hasilnya tapi ga sabar ingin cepat menghilangkan black spot yg cukup tebal.  Lalu aku surfing dan memilih menggunakan vitacid untuk muka, dicoba apply khusus untuk black spot, and its works. Cuma pake seminggu, yang penting flek dah pada samar, jerawat yg tersisa kubabat habis pake mujisat jerawat sariayu kesayanganku.

Sekarang. . . pengobatan semua kuhentikan, aku pake perwatan yang udah teruji di mukaku sejak dulu aja. Cuci muka pake ponds, semua jenis sabun muka ponds cocok di aku, pelembab pake clean n clear moisturizer yg oil free, kalo mo keluar rumah pake parasol (sunblock), bedaknya. . . apa aja sih cocok, tapi kalo mau aman marcks deh, bedak ini jg ga boleh ga ada di kamarku, bagus bangeddd. Malemnya ga pake cream, abis cuci muka istirahatin, seminggu sekali peeling pake la tulip, enak tuh di muka aku.  Ada satu pendatang baru di kamarku, hada labo lotion, hope it works, teksturnya sih enak, mudah meresap, moga bisa jadi sahabat kulitku juga.  Saking takut kedatangan jerawat lagi, aku cuci muka sehari ampe lima kali, kebetulan aku nyetok beberapa varian sabun muka ponds, jadi kupake bergantian sesuai kebutuhan. 

21 Nov 2013

Saung Panorama, Karang Tengah Cibadak Sukabumi


Hari Sabtu, minggu ketiga November 2013, sebenarnya perjalanan kami saat itu akan menuju Cianjur. Jakarta ke Cianjur, sekitar 120 km, perjalanan penuh tantangan :D
Tantangannya adalah sistem buka tutup di Puncak. Masalahnya, kami juga malas pergi pagi-pagi sekali menuju Puncak. Jadi ya sudah, dilakoni saja.

Berangkat dari Jakarta, perjalanan cukup lancar. Perjalanan dimulai pukul 8 pagi. Lewat tol, tidak ada masalah. Lancar. Perjalanan baru terhambat setelah bayar tol dan menuju Puncak. Mulai lepas gerbang tol, arah ke kiri, ke Puncak sudah mulai macet. Dan seperti biasa, banyak orang yang menawarkan jasanya menunjukkan jalan alternatif. Banyak sekali orang-orangnya.

Arus jalan sebelah kanan lumayan sedikit bergerak. Kami yang ada di sebelah kiri, lebih banyak mengistirahatkan kaki saja. Hingga mobil mendekati perbatasan jalan ke kiri ke Puncak, dan ke kanan ke Ciawi. Mobil lama sekali bergerak. Dan akhirnya diputuskan mengambil jalur ke Ciawi saja, menuju Sukabumi.

Tadinya masih berharap dari Ciawi bisa ke atas untuk menuju Puncak, tapi sama saja, macet juga. Akhirnya ambil jalan lurus menuju Sukabumi. Tujuannya Cianjur, tapi melambung melewati Sukabumi :(

Perjalanan ke Sukabumi dimulai. Overall, perjalanan cukup lancar kecuali saat melewati pasar, pasti selalu tersendat. Seperti di pasar Parung Kuda. Atau saat melewati jembatan yang sedang direnovasi, macetnya lumayan panjang, tapi masih bergerak.

Hingga akhirnya kami tiba di Cibadak Sukabumi. Para bocah juga sudah bangun dari tidurnya. Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 12.30. Saatnya untuk makan siang. Mata langsung melihat kiri dan kanan mencari tempat untuk mengenyangkan perut. Sampai akhirnya mobil berlabuh di Rumah Makan Saung Panorama. Katanya lesehan dan ada live music. Saat kami parkir, ada satu mobil di parkir depan, dan satu mobil di dalam. Ternyata, saat masuk lebih ke dalam, tempatnya lebih luas, berupa saung-saung dan mobil bisa diparkir di dalam, dekat dengan saungnya masing-masing.

Kami memilih saung yang dekat, di atas kolam, jadi bisa ngasih makan ikan juga. Di depan saung ada Mushola yang lumayan besar dan bersih. Kolam ikan juga lumayan bersih dan tidak menimbulkan bau.
Pegawai tempat ini, yang berbaju oranye, datang untuk mencatat pesanan kami.

Atas saran dari pegawai tempat ini, kami memesan sop ikan Gurame (ikannya 8 ons katanya) dan juga karedok. Minum juice strawbery dan sprite. Teh tawar sudah lebih dulu disajikan tanpa diminta.

Pertama yang datang adalah minumannya. Kemudian tak lama makanan juga datang. Bisa dibilang, kami tidak usah menunggu terlalu lama. Sop Ikan Gurame, disajikan dalam mangkuk piring bening yang besar. Bisa untuk makan 3 orang. Karedok, dengan bumbu kacangnya, siap untuk disantap.

Keadaan kami yang kelaparan membuat piring kosong cepat terisi nasi. Sop ikan cepat sekali berkurang. Tak lupa karedok semakin menambah segar.
Sop ikannya enak, kuahnya mantap. Ikan guramenya dipotong terlalu besar. Dan sayang sekali, sepertinya dimasakn terlalu matang, jadi daging ikannya terlalu lembek. Karedoknya mantap. Bumbu kacangnya banyak, sayurnya seger, pedesnya pas.

Dengan sambil menjaga kedua anak kami, tangan kami bergerak kiri kanan, memasukkan nasi ke mulut, menjaga si kecil yang sering sekali kabur keluyuran, kadang menyuapi anakku yang besar ... haha ... riweuh paciweuh.

Akhirnya si kaka minta makan sendiri saja. Dan si adik juga disuruh makan sendiri saja. Namanya anak 1,5 tahun, makannya pasti berantakan. Remah bertaburan di lantai. Gapapa lah, yang penting kami bisa makan dulu untuk mengembalikan tenaga. Perjalanan masih jauh.
Saatnya melanjutkan perjalanan, sebelumnya untuk makan kami, kami harus mengeluarkan kocek sekitar 100 ribuan.

Jalanan Sukabumi, seperti hal tadi, lancar namun macet saat di dekat pasar. Dan tak lama kami mendapati petunjuk arah Bandung / Cianjur, jalannya masih baru. Lumayan masih sepi dan sangat lancar. Dan selanjutnya, kami banyak melihat rambu penunjuk jalan arah menuju Cianjur ...

Melewati jalur lingkar Sukabumi, kami melihat ada Saung Panorama lagi. Tempatnya sepertinya lebih besar. Dan banyak sekali mobil disini. Ternyata Saung Panorama lumayan rame. Barangkali hanya kami saja yang tidak tahu. Maklumlah, baru kali ini melewati Sukabumi.

19 Nov 2013

Mencari Hotel di Karawang, session 2


Pencarian babak kedua :P
Setelah sebelumnya mencari hotel karawang dan berakhir di Hotel Fajar Indah, kali ini perjalanan ke Karawang mencari hotel yang lain. Tujuan utama adalah hotel Omega. Gampang dicari, dan sepertinya bagus.

Ternyata Omega belum bisa menerima kami. Saat kami ke meja resepsionis, ternyata semua kamar sudah penuh. Gara-garanya sedang ada acara dan ada juga yang merit, jadi kamar laris manis. Jadi belum tahu bagaimana dengan yang namanya hotel Omega.

Langkah selanjutnya, menuju Hotel Permata Rubi. Katanya dari Hotel Omega, sekitar 50 m, sebelum SPBU, puter balik lalu belok kiri. Ternyata papan petunjuk Hotel Permata Rubi menurutku kurang terlihat. Hampir saja terlewati.

Setelah belok kiri dari jalan utama, perlahan mobil merayap jalan, dan Hotel ini ada di sebelah kanan.
Parkirnya lumayan adem di bawah pohon-pohon, kira-kira bisa untuk 8 mobil. Langsung kita menuju resepsionis dan check in. Kebetulan sudah pukul 12 siang, sekalian aja check in. Saat itu kami mengambil kamar tipe Deluxe harganya Rp. 195.000.

Secara umum, interior mirip dengan Hotel Fajar Indah. Tidak baru, cukup lama, agak terawat. TV masih CRT, Spring bed dengan sprei putih, ada meja, lemari 2 pintu, kursi, meja kecil. Tidak ada air hangat. AC dingin. Wifi ada, tapi harus di lobi :P
Soalnya saat di kamar mencoba Wifi, sinyalnya hanya setitik, kadang hilang juga.

Kalau mau kamar yang baru, mungkin bisa minta kamar yang deket kolam renang, kamarnya ada 6 baru-baru. Sayangnya saat kesana, pada penuh.

Di Hotel Permata Rubi ini ada fasilitas kolam renang. Jadi yang bawa anak kecil seperti kami, bisa mengajak mereka berenang disana, tidak ada biaya tambahan. Kolam renangnya ada dua, yang satu kurang lebih 80 cm, yang satu lagi kolam besar untuk para dewasa, yang terendahnya setinggi pinggang. Di kolam renang ini ada beberapa warung, jadi bisa nyambi makan atau ngemil. Buat sewa ban juga ada. Beli kacamata renang juga ada.

Fasilitas kolam renang, free, tentu c kaka seneng banget :P

Yang kurang dari hotel permata rubi ini, tidak ada Cafe atau Resto, jadi harus beli makan di luar. Lumayan juga sih, biar ngirit makan di luar haha. Masalahnya, di sekitaran hotel juga cukup sulit mencari makan. Ada di sebelah kiri dari hotel, Mie Ayam, Indomie rebus. Di ujung jalan ada Nasi Goreng. Dan tahu sendiri, suasana malam sepi sekali, bahkan baru jam 19.00 sudah terasa sepinya.

Akhirnya istirahat saja di dalam kamar. Nonton acara TV yang ada atau sekedar ngenet. Acara TV-nya lokal, tanpa TV Kabel. Di hotel permata rubi ini, kita tidak bisa nongkrong depan kamar seperti di Hotel Fajar Indah, kecuali bangunan baru yang deket kolam renang. Kalau mau sekedar duduk ya ada di lobi. Tapi banyak nyamuk juga, dan cuacanya panas.

Untuk breakfast, disediakan roti bakar dan teh manis. Selebihnya, kalau mau soto, bisa keluar hotel dan menyebrang jalan utama. Ada Soto Ayam yang lumayan rame penggemar. Kalau soal rasa sih, sepertinya biasa saja seperti soto ayam yang di Jakarta. Tidak terlalu istimewa juga.

Perjalanan pulang ke Jakarta, dari hotel tinggal belok kiri, masuk jalan utama, ikuti saja, naik flyover dan ketemu deh gerbang tol Karawang Barat.

15 Nov 2013

Berkunjung ke Taman Bunga, Museum Asmat di TMII


Awal November 2013, hari Minggu kami manfaatkan untuk pergi ke Taman Mini Indonesia Indah. Perjalanan hari minggu seperti biasa cukup lengang. Masuk tol Simatupang dari Fatmawati, keluar tol TMII / Rambutan, lalu ikuti rambu jalan menuju TMII. Jangan lupa, kalau ke Rambutan belok kanan lewat kolong, ke TMII belok kiri. Nah, setelah belok kiri ini kita mulai jalan dalam suasana macet. Sebenarnya gerbangnya sudah dekat, tapi karena macet, jadi lama.

Mengikuti kemacetan mobil, usahakan ada di jalur kanan, karena jika di jalur kiri, nanti terus melaju dan harus memutar arah lagi, jauh banget. Kecuali ambil lajur kiri, lalu potong arus ikut traffic light ke kanan dan lurus ke gerbang TMII, itupun kalau tidak ada Polisi yang jaga :D
Antri saja lah, kan biar tertib.

Lewat dari lampu merah, langsung mengarah ke gerbang TMII. Biasanya kalau weekend, cukup padat saat di loket karcis. Selesai bayar karcis masuk, kita langsung melihat Monas. Ya ... replika Monas, lengkap dengan area bermain yang cukup luas. Disini anak-anak banyak yang bermain-main, mulai dari hanya lari-lari, bermain balon, main layangan kecil, ada juga yang main skuter. Ada juga yang sekedar nongkrong berteduh di bawah pohon-pohon yang rindang.

Mobil melewati Monas berbelok ke kiri. Kalau mau ke Snow Bay, setelah gerbang loket, belok kiri (searah), ada pertigaan dekat Monas, terus saja, lalu belok kanan. Langsung deh terlihat Snow Bay. Pertama tahu, dikira Snow Bay adalah ilusi adanya Snow, kan mengasikkan di saat suasana panas, bisa berdingin-dingin. Eh ternyata Snow Bay cuma sekedar waterpark aja :(

Setelah Snow Bay, ada Museum Indonesia. Dan semakin lurus mulailah anjungan-anjungan dari berbagai daerah. Kami terus saja mengikuti jalur melewati kepulauan Indonesia, PPIPTEK, museum Transportasi dan akhirnya tiba di Taman Bunga. Sebenarnya Taman Bunga ini bukan tujuan utama ke TMII, tapi berhubung dari PPIPTEK jalanan sangat macet, karena banyak sekali gathering, akhirnya kita putuskan berbelok ke Taman Bunga.

Masuk ke Taman Bunga, kita harus bayar Rp. 5.000 per orang. Tapi sedikit kecewa juga, karena tadinya diharapkan akan banyak bermacam bunga, yang ada hanya sedikit saja. Area Taman Bunga memang luas, tapi lebih banyak hanya rumput hijau dan beberapa pohon. Bunganya ada, hanya saja sepertinya untuk disebut Taman Bunga, jumlah bunganya kurang.

Setelah istirahat sejenak, kita masuk ke Museum Asmat yang ada di lokasi Taman Bunga, jadi tidak perlu bayar lagi. Di museum asmat ini, kita bisa melihat aneka peralatan dan kebudayaan Asmat. Dan jika mau, kita juga bisa berpakaian ala Asmat dengan menyewa kostum Asmat disana.
Sekedar informasi, di ruangan ini tidak ada AC, jadi cukup gerah juga walaupun ruangan dibuat lega dengan atap yang sangat tinggi. Hanya ada kipas angin saja.

Dari Museum Asmat, kita kembali berkeliling taman bunga, melihat air mancur di beberapa patung. Kalau bawa anak kecil, ada juga playground disana. Anak kecil bisa main perosotan, bisa juga sewa becak mini, Rp. 10.000 untuk 15 menit.

Selesai dari Taman Bunga, kita beralih ke samping Taman Bunga, yaitu tempat ibadah Kong Hu Cu. Suasana dominan merah dengan lampion dan naga-naga di sekitarnya. Tempat ibadah utamanya sendiri dalam kondisi dikunci, jadi pengunjung hanya bisa melihat dari selasarnya saja. Oya, untuk menginjakkan kaki di tempat ini, kita juga harus membuka alas kaki.

Selesai sudah kunjungan hari itu. Dari tempat ibadah Kong Hu Chu, kami kembali ke mobil dan berkeliling ulang, tadinya mau berkunjung ke salah satu anjungan. Tapi ternyata macet dari mulai PPIPTEK masih juga parah. Akhirnya putar balik dan mencar arah jalan keluar ke rumah dinas TMII. Harus tanya-tanya jalan juga atau ikuti saja mobil lain di depan :D
Jalan keluar lewat jalur ini lumayan rumit dan panjang. Berbeda jika lewat jalur keluar 1 yang langsung menuju Rambutan dan langsung masuk tol.

Kunjungan ke TMII kali ini lebih banyak macetnya. banyak gathering, banyak bus dan banyak-banyak acara. Akhirnya kita pulang dengan kedua bocah kecil tertidur lelap setelah capek berlari-lari di Taman Bunga tadi :D

Sekedar tips jika mau ke TMII,
sediakan minum yang cukup banyak, minuman gelas atau botol yang banyak, karena suasana gerah dan panas.
Bawa tikar jika mau ngaso di taman-taman di bawah pohon. Sebenarnya di anjungan juga bisa.
Bawa uang yang banyak, buat makan, naik kereta mini, naik kereta gantung, aeromovel, dll termasuk bayar buat toilet :(
Makanan disana relatif murah, masih harga biasa, bukan harga tempat wisata. Gado-gado masih di bawah Rp. 10.000 begitupun makanan lainnya, cenderung harganya tidak melonjak tinggi.
Kalau mau fast food juga ada, tapi cuma ada CFC saja. Beda kalau di Ancol kan ada A&W juga ada McD.
Kalau mau foto sama badut, ada baiknya nyiapin receh, kata si badut "sawer dong Om". Tapi mereka juga ga maksa. Ya kasian juga mereka udah ngehibur anak, anak kan suka sama badut (kecuali anakku yang takut banget sama mereka :P  ).

Have fun.

14 Nov 2013

Cara import file sql ukuran besar dengan bigdump


Karena sesuatu hal, terpaksa pindah hosting. Pindah hosting seperti pindah rumah saja. Kalau pindah kost-an, gampang, barang juga kan sedikit. Beda dengan pindah rumah, susah karena barang semakin banyak. Begitupun pindah hosting, kalau filenya kecil sih enak, nah kalau gilirannya besar ? 

Masalah timbul saat mau restore file sql, ukurannya lebih dari 100 Mb, sedangkan php myadmin tidak memperbolehkan lebih dari 100 Mb. Lalu, bagaimana cara import sql ukuran besar ?

Hasil gugling membuktikan, ada cara yang singkat, mudah dan cepat untuk dilakukan. Maklum, karena bukan ahli yang beginian, saya copas saja dari sini. Dan ikuti langkah-langkahnya dengan cermat.


Untuk yang mengalami kesulitan import database yang berukuran besar karena ukuran file di PHPMyadmin nya dibatasi di angka tertentu, salah satu solusinya bisa  dengan menggunakan Script PHP BigDump SQL.
Untuk script nya bisa di  download disini
1. Jika sudah selesai didownload, buka file bigdump.php menggunakan notepad lalu pada settingan dibawah ini diisi dengan informasi databasenya.
---------------------------------------------------------------------
// Database configuration
$db_server   = 'nama host db server,biasanya localhost';$db_name     = 'nama database ';$db_username = 'username database';$db_password = 'passwordnya';
--------------------------------------------------------------------
2. Jika sudah selesai settingnya lalu save file tersebut. Masuk ke control panel hosting anda lalu buat folder baru di file manager anda (contoh : dump)
3. Upload file bigdump.php dan file database anda ke folder dump. File database bisa file nya langsung .sql atau dalam bentuk .  zip yang nantinya di extract.
4. Jalankan file bigdump.php menggunakan browser dengan alamat namadomainanda.com/dump/bigdump.php
5. Klik start import dan tunggu sampai prosesnya selesai. Jangan tutup browser jika prosesnya belum selesai.
6. PENTING !! Jika proses sudah selesai hapus file bigdump.php dan file database anda di file manager anda.

24 Sept 2013

Dapur Betawi Karang Tengah


 Akhirnya hari Minggu September 2013 ini, kami ke Dapur Betawi yang di Karang Tengah. Biar lebih dekat dibandingkan dengan Dapur Betawi yang di Pondok Cabe. Kami pergi menjelang makan siang, dalam suasana terik kota Jakarta.

Tiba di lokasi, saat itu ada 2 mobil yang parkir. Langsung saja masuk ke area dalam mencari kesejukan.

Saat itu waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Di area sana, tidak terlihat ada AC, tapi tidak juga panas, mungkin karena areanya terbuka dan hanya dibatasi viltrage. Tadinya kami kira ada dindin kaca dengan area parkir luar, ternyata hanya dibatasi viltrage doang.


Mengenai tempat ini secara umum :
  • Tersedia lesehan dan biasa
  • Ada kolam isi ikan mas besar 
  • Nuansa Betawi
  • Tidak ada playground
  • Parkir ... sekitar 5 mobil, parkir motor di sebelah kanan pas masuk


Tujuan utama ke Dapur Betawi sebenarnya ingin menikmati yang namanya Gabus Pucung. Sayang seribu sayang, menu ini ternyata sedang tidak tersedia. Kecewa berat juga. Akhirnya mencari-cari menu yang lainnya. Ada Gurame dan ikan mas dengan tipe goreng, bakar, pecak, ada juga pepes, semur jengkol, dan aneka minuman.

Setelah lama berpikir, aku pilih Ayam Kampung Pecak dengan minumnya Bir Pletok dengan nasi uduk, lalu istriku pilih Sop Iga, teh manis dan nasi putih. 10 pcs otak-otak sudah lama berada di meja dan beberapa sudah terkuliti olehku dan anakku. Sayangnya otak-otaknya kurang begitu enak.

Untungnya di Dapur Betawi ini, kami tidak perlu menunggu lama. Pesanan cepat sekali sampai di meja kami. Langsung hajar ...
Pecak ayam sajian Dapur Betawi
Sruput ... kuah pecak ayam kampung langsung dicicip. Mantap. Segar, asam, hangat, agak pedas ... Kalau gak dirasakan sendiri, pasti bakal penasaran. Wuih, two thumb up ! Sruput dan sruput lagi, hingga coba nasi uduknya. Hmm... nasi uduknya juga enak. Beneran enak. Kalau mau, nasi uduknya bisa dikasih sambal kacang. Tinggal menikmati makan siang dengan lahap. Tak lupa nasi uduknya nambah satu lagi, saking laparnya :D
Oya ayamnya ? Enak juga. Dan karena ingin menikmati dengan cara nikmat :P akhirnya tangan polos tanpa sendok dikerahkan juga. Sesekali menyeruput kuahnya dengan sendok sambil tangan belepotan daging ayam.

Ada satu yang "tidak berkonsep" :D
Kan pesananku pecak ayam (berkuah) dan istriku pesan sop iga, tapi disajikan juga dalam piring berbeda, ada lalapan (pohpohan, timun, kol + sambal), ini bagaimana makannya ? Kalau aku pesan nasi timbel lengkap, lalapan dan sambal pasti diembat juga. Tapi buat lalapan ini, kapan makannya ?

Tapi secara keseluruhan, makanannya mantap. Seger dan nikmat. Bir Pletok ? Terus terang ini baru kali pertama merasakan namanya bir pletok. Rasanya aneh. Tapi ya dinikmati saja. Masalahnya, tidak tahu apakah bir pletok yang ini tuh enak atau tidak. Rasanya, ada asem, ada manis, ada rasa yang belum pernah dicoba juga.

Sip, top markotop menikmati makan siang hari itu. Mengenai harga, Nasi uduk 8 ribu, nasi putih 5 ribu, otak-otak @ 3 ribu, Pecak Ayam kalau ga salah 28 ribu, Bir pletok 10 ribu, Sop iga kayanya 25-an, lupa.

Buat yang mau ke Dapur Betawi, tempatnya ada dua. Yang di Karang Tengah, kalau dari arah Cinere Mall, tinggal lurus ke arah Lebak Bulus, tempatnya di sebelah kiri sebelum Vila Cinere. Kalau Dapur Betawi yang di Pondok Cabe, dari Cinere Mall, bisa lurus ke arah Depok, nanti masuk ke jalan Bandung di sebelah kanan. Lalu ikuti jalan Bandung menuju Pondok Cabe. Tempatnya sebelah kiri.

12 Sept 2013

Nongkrong di Kopi Ladang, semakin ketagihan


Nongkrong di Kopi Ladang sepertinya sudah menjadi keharusan disaat kepala ini ingin menikmati hal yang segar :D

Sebelumnya, kopi ladang ini sudah aku posting disini, namun karena tempat ini semakin klop di hati, jadi ingin balik lagi dan me-review lagi.

Seperti biasa, aku memesan kopi hitam, dan setiap kunjungan kesini, memesan kopi hitam yang berbeda. Mulai dari Arabica Gayo, Mandailing dll. Kemarin pesannya Robusta Lampung.
Suasana sepi dengan alunan musik dari Sheila on 7, membawa ke era kuliahku dulu. Entah kebetulan atau disengaja, rasanya setiap ke kopi ladang, lagu-lagunya adalah lagu saat aku "muda" :)
Kemarin lagunya Sheila on 7, kemarinnya lagi lagu-lagu Ari Lasso.

Sambil menikmati alunan musik yang lembut, pesanan makanan juga sudah mampir di meja. Fetucini Carbonara, Siomay dan juga Comro. Keren, disini juga tersedia comro. Lengkap dengan rawit jika diminta. Dan seperti postingan sebelumnya, Cheese Casavanya emang enak, begitu juga dengan pesanan makanan hari ini. Semuanya enak. Fetucini-nya enak, cheese nya kerasa banget, gurih. Siomay udangnya juga lezat, sayang istriku tidak bisa mencobanya karena alergi udang. Comro-nya enak (kata istriku) karena aku tidak makan comronya.

Sebelumnya aku sempat ragu, apakah makanannya bakal pada enak. Biasanya kalau yang utamanya kopi, sampingannya ga terlalu enak. Ternyata salah. Makanan disini enak juga. Dan makanannya variatif sekali. Bayangkan, comro aja ada, Fetucini ada. Dari super lokal, hingga makanan western :P

Saat nongkrong di kopi ladang ini, seperti biasa aku bawa pasukan. Entah lah mungkin kami yang paling heboh disana. Tapi untung juga kami datang sekitar pukul 11 pagi, suasana masih sepi. Kadang hanya ada satu atau dua pengunjung saja. Sekedar inform, Kopi Ladang ini buka dari jam 7 pagi hingga jam 11 malam.

11 Sept 2013

Pare Anyar, rumah makan Sunda ala prasmanan


Menu, rata-rata menggunakan bahasa Sunda. 
 Jalan-jalan menuju Puncak ?
Saat menuju kembali ke Jakarta dari arah Puncak, kami menyempatkan diri makan di Rumah Makan Pare Anyar. Sebetulnya saat itu, rumah makannya belum buka, baru mau mulai buka karena waktu itu jam masih menunjukkan pukul 10 pagi. Tapi tanya ke dalam, beberapa masakan sudah siap, ya sudah kita masuk saja.

Memasuki Pare Anyar, yang punya slogan "Asa di imah mitoha" alias Serasa di rumah mertua, rasanya tidak terlalu istimewa. Area depan ada deretan meja panjang. Masuk ke area tengah, ada lesehan seperti bale-bale gitu, dengan beberapa foto anak kecil tertempel di dinding. Mungkin foto dari pemilik rumah makan ini. Lebih jauh ke dalam, ada area makan dengan beberapa meja yang setiap mejanya bisa diisi sekitar 4-8 orang.

Fasilitas rumah makan ini :
  • Toilet bersih
  • Ada mushola
  • Tempat parkir cukup untuk beberapa mobil
Kekurangannya, tempat ini tidak ada Playground-nya. Sayang sekali ya :P
Padahal kalau ada playground seperti di Cimory Mountain View, anakku bakal betah nih.
Salah satu ruangan di Pare Anyar, gara-gara tidak ada Playground, anakku cemberut :D
Mulai membahas makanan. Karena makanannya terbatas, (karena kami datang kepagian), jadi kami hanya sempat menikmati Ikan Pesmol, tumis pare, bakwan jagung dan tumis jamur. Minum air teh hangat segelas besar. Untuk rasa, sebenarnya tidak ada yang unik. Bisa dibilang standar aja. Tidak bisa dibilang tidak enak juga. Namun untuk dikatakan uenak, tidak juga. Mungkin seperti slogannya, jadi rasanya seperti rasa masakan rumahan biasa.

Mengenai harga, tidak mahal juga, harga standar. Yang jelas, kami penasaran dengan rumah makan ini karena slogannya "Asa di imah Mitoha" :D
Kemungkinan untuk balik lagi, kemungkinan besar sih tidak. Karena di daerah Cisarua - Puncak kan banyak tempat makan, dengan fasilitas yang lebih lengkap juga ada.



10 Sept 2013

Saung Kuring, Tempat makan lesehan samping kolam


Sisa dari perjalanan ke Karawang, setelah sebelumnya posting mengenai hotel-hotel di Karawang, tak lupa pula posting tempat makan di Karawang.

Perjalanan dari Jakarta melalui Tol, kami keluar dari pintu tol Karawang Barat. Sepanjang jalan dari pintu Tol menuju Karawang, ada beberapa rumah makan yang bisa dicoba, salah satunya Saung Kuring, letaknya sebelah kiri jalan. Disamping Saung Kuring, ada juga tempat makan Sindang Reret, Saung Mang Ajo, juga Indo Alam Sari.

Memasuki Saung Kuring, kita bisa parkirkan kendaraan kita dengan cukup leluasa. Sayang tempat parkirnya tidak begitu teduh.
Fasilitas tempat makan Saung Kuring :

  • Area makan saung-saung lesehan pinggir kolam, ada juga saung lesehan di taman-taman, selain juga menyediakan area makan kursi dan meja.
  • Playground, sesuatu yang sekarang ini menjadi wajib, buat anak-anakku
  • Toilet lumayan bersih dan terjaga
  • Tempat cuci tangan dekat dengan saung
  • Karyawan cukup ramah dan murah senyum, rapi juga
Kolamnya bukan kolam air bersih dimana kita bisa melihat ikan yang berenang-renang, tapi seperti kolam pemancingan, tapi saat ditanya ke karyawannya, ternyata kolamnya tidak boleh dipancing :D
Ternyata memang tidak boleh dipancing karena saat aku cemplungin sisa nasi, terlihat ada ikan Gurame dan juga ikan Lele yang buesar banget. Sepertinya ikan Lele ada sebesar tangan orang dewasa. Gede banget sampai mulutnya menganga terlihat gede.
Walaupun seperti kolam pemancingan, tapi tidak menimbulkan bau, entah bau lumut ataupun bau anyir.
Saat kami menunggu hidangan, sebagai teman menunggu, disediakan pula otak-otak bakar yang masih hangat. Dengan lahapnya anakku memakan otak-otak itu. Termasuk aku juga karena rasanya memang enak :P

Pertama yang datang, seperti biasa, minuman dulu. Juice Strawberry dan Es Buah. Juice Strawberry-nya mantap menyegarkan, begitupun es buah-nya. Tak lama, akhirnya makanannya datang juga. Gurame Goreng Pete dan Karedok serta nasi dua porsi yang dibungkus oleh daun pisang.

Saat pertama melihat tampilan Gurame gorengnya, sempat merasa kecewa, daging ikan gurame terlihat seperti terlalu kering, dengan banyak cabe merah dan pete diantaranya. Tapi setelah dicoba, maknyus ...
Enak banget, ditambah nasi putih pulen nan wangi, mantap banget di lidah. Belum lagi karedok-nya, pedasnya dan seger banget. Benar-benar makan siang yang nikmat, membuat semakin nafsu menambah nasi :)

Anakku menikmati playground dan juga otak-otaknya, sedangkan yang kecil asyik dengan kesibukannya menyibukkan kami :D

Setelah puas dan kenyang, dan sesekali memberi makan Lele besar di kolam, tiba saatnya kami melanjutkan perjalanan. Total tagihan dengan menu
- Gurame goreng pete
- Karedok
- Nasi 4 (nambah 2)
- Juice Strawberry
- Es Buah
- Otak-otak 18 pcs
semuanya menjadi Rp. 200.000-an, dan ternyata otak-otaknya dihargai Rp. 3.500 per satuannya :P


9 Sept 2013

Memilih hotel di karawang


Awal September 2013 kami mengunjungi saudara yang ada di Karawang Jawa Barat. Perjalanan dari Jakarta ke Karawang bisa dibilang singkat. Apalagi jalan Tol cenderung lancar walaupun hari itu hari Sabtu. Hanya di daerah Cikarang saja banyak truk-truk besar yang berjalan lambat sehingga laju Tol cenderung melambat.

Sebenarnya perjalanan ke Karawang saat itu bisa lebih cepat seandainya mobil Karimun kami tidak mengalami masalah di bagian setirnya. Terpaksa kami keluar dulu di Bekasi, dan ternyata yang bermasalah adalah knop lampu di setir. Setiap menyalakan lampu sein ataupun lampu dim, tak lama keluar asap. Mengerikan juga. Di stir karimun keluar asap.

Akhirnya perjalanan dilanjutkan dengan seminim mungkin menyalakan lampu. Alhamdulillah selamat sentosa hingga ke rumah saudara di Karawang.
Di Karawang, batok setir dibuka. Untungnya hanya membutuhkan obeng plus saja, dan bisa dilihat dalamannya. Dan ternyata ada kontak di setiap lampu dinyalakan, ada keluar api kecil dan cukup untuk memberikan asap. Akhirnya dicoba kabel paling kanan dicabut. Ternyata itu kabel lampu besar. Lampu sein dan hazard masih bisa menyala.

Sekitar pukul 16.00 kami mencari hotel di Karawang. Sebelumnya sempat surfing internet hotel-hotel yang ada di Karawang dengan harga terjangkau. Ada 5 hotel yang sekiranya masih masuk di kantong. Hotel Karawang Indah, Hotel Omega, Hotel Fajar Indah, Hotel Pangestu dan Hotel Bestin.

Hotel Bestin adalah hotel yang pertama kali terlihat sebelum kami ke tempat saudara. Tempatnya di depan Carefour di jalan Tuparev.

Saat kami memulai pencarian, kami melihat lagi Hotel Bestin, tapi dilewati saja lurus terus menyusuri jalan Tuparev, dan tak jauh dari Hotel Bestin, ada Hotel Fajar Indah. Di depannya sepertinya sedang renovasi karena dipasangi seng. Dilewati dulu dan mencari hotel yang lainnya. Target selanjutnya mencari hotel Karawang Indah dan Hotel Omega yang katanya ada di jalan Ahmad Yani.

Menghabiskan seluruh jalan Tuparev, kami tiba di alun-alun Karawang. Lalu mengikuti arah arus jalan, hingga akhirnya tiba di Karawang Barat dan akhirnya memutar balik kembali ke arah Karawang. Tiba di jalan Ahmad Yani, kami mencoba di Hotel Omega. Saat mau masuk area Hotel, petugas keamanannya menyetop dan menanyakan "Mau kemana Pak ?"

Ya mau ke Hotel, mau check in, mau apalagi ? Pikirku. Tapi kata satpamnya, kamarnya hampir penuh tinggal 2 kamar, karena ada acara panggung jadi kamar banyak terisi, tapi aku disuruh coba ke resepsionis dulu. Setelah parkir mobil, resepsionis lagi rame, dan ternyata tidak menyisakan satu kamarpun. Sayang, padahal sepertinya lumayan enak nih kamarnya. Harganya sekitar 300-an semalam. Tidak sempat melihat masing-masing kamarnya.

Perjalanan dilanjutkan, dan sekarang mau melihat Hotel Bestin. Sebenarnya dari awal agak ragu juga ke hotel ini. Dari depan sepertinya tidak ramai. Namun barangkali area hotel di belakangnya bisa jadi memukau, begitu pikiran kami. Akhirnya masuk dan melihat bangunan hotel Bestin yang besar, namun seperti tidak terawat dengan cat yang seperti sudah lama tidak di cat ulang.

Kami masuk ke resepsionis, tempatnya luas, namun hanya ada 1 orang anak muda saja dengan pakaian casual, dan 1 ekor anjing jinak. Di samping resepsionis sepertinya restauran, tapi tidak nampak aktivitas. Melihat daftar harga kamar, yang Jr. VIP 270 ribu. Coba dulu lihat kamarnya.

Kami diajak ke arah belakang. Menyusuri arah kamar Jr VIP Room, di samping kiri ada kolam renang besar, tapi airnya berwarna hijau penuh lumut. Beberapa kursi di sekitar kolam renang juga semakin usang. Ngeri juga merasakan suasana di sana. Tiba di kamar yang dituju, aku melihat cat-cat dindingnya sudah lama tak di cat ulang. Pintu juga sama saja. Di sekitar kamar yang ditunjukkan, suasana sangat sepi. Jadi ingat cerita-cerita Goosebump ataupun kisah-kisah di novelnya Stephen King.
Sempat ku pikir, ini sih cocok buat syuting Dunia Lain. Tapi mulut kami kunci rapat-rapat.

Sedia sepatu safety dari kulit asli.
Klik ineedthemall.com atau invite 764FB687
Kamar sudah dibuka, dan lampu di depan kamar tidak menyala. Kamarnya cukup besar, ada bathtub (kata istriku, sedangkan aku tak sempat melihat-lihat), ada kulkas mini dll. Aku sih emang ga minat, melihat dari suasana-nya yang cukup sunyi. Akhirnya ke si anak muda, kami pamit saja mencari hotel yang lain. Dan apesnya, saat sedang buru-buru ingin kabur dari area Hotel Bestin, si kunci otomatis Karimun tidak bekerja. Hanya bunyi cuit-cuit saja tanpa kunci jadi terbuka. Akhirnya buka manual dan langsung cabut menuju Hotel Fajar Indah.

Hotel Bayu Pangestu luput dari pengejaran hari itu karena disamping lebih jauh lagi (Karimun kami bermasalah dengan lampu depannya, dan suasana semakin malam), juga karena istriku sempat surfing Hotel ini, katanya di tahun 2011 ada pembunuhan di Hotel tersebut. Ya... mungkin bukan alasan, tapi karena tahu ada hal itu, malah jadi tidak mau kesana :D

Hotel Fajar Indah ada tak jauh dari Hotel Bestin. Hotelnya cukup kecil, tiga tingkat dan sepertinya telah berumur, atau kurang perawatan. Mobil kami parkir langsung ke dalam ke depan kamar 117 yang kebetulan parkirannya kosong. Lalu kami ke tempat resepsionis dan meminta ditunjukkan kamar-kamarnya. Pertama kami diajak ke kamar standar, harganya 150 ribu. Kamarnya kecil. Lanjut ke kamar tipe berikutnya, harganya 200 ribu. Dan akhirnya kembali ke lantai 1 yang hanya ada kamar tipe Family, harganya 250 ribu. Kamarnya luas, sekitar dua kali kamar standar. Ada sofa sudut, TV LG LCD 21", Lemari Pakaian besar, wastafel, cermin, kamar mandi shower dengan toilet duduk, air hangat, jendela depan belakang, AC super dingin, selimut dan spring bed serta bantal 2.

Di depan kamar ada dua kursi kayu dan meja, tempat kami nongkrong dan melihat lalu lalang pengunjung hotel yang datang dan pergi apalagi semakin malam :D

Malam hari kami menuju Carefour tadinya ingin makan di A&W Karawang tapi ternyata A&W sudah tidak ada, sudah dibongkar. Jadinya makan Bebek Goreng di tukang pecel di depan Hotel. Di seberang Hotel juga ada Seafood. Kalau pesan di hotel, belum tahu rasa masakannya, ga terlalu variatif juga. Jadi mending beli di luar aja sambil jalan malam.

Pagi hari kami menuju restorannya untuk makan pagi. Kata resepsionisnya makan pagi free jam 7 sampai jam 10 pagi di restoran lantai 2. Pergilah kami kesana. Ada satu pegawainya berjaga, dan aku mintakan sarapan untuk kamar 117. Si pegawai lalu memintakan sarapan nasi goreng 2 dan teh manis 2. Tempatnya cukup panas karena hanya ada satu AC sedangkan satu lagi ada tulisan "Rusak", sedangkan matahari pagi Karawang sudah banyak yang masuk melalui kaca jendela tempat itu.

Nasi goreng tiba di meja, dengan telor ceplok disampingnya. Aku tanyakan ke pegawainya "Mba, ini pedes ga?" Kan anakku yang mau makan. Dia cuma bilang, "Ga tau ya" sambil ngeloyor. Ya sudahlah.
Jam 9-an kami check out dan menuju Tol Karawang Timur.

Sebelum naik ke flyover menuju Karawang Barat, istriku melihat Hotel Karawang Indah. Letaknya di sebelah kiri sebelum flyover.


25 Jun 2013

Bakmi Raos Karang Tengah, garden resto yang memang teduh


kuliner di jakarta selatan
Satu kesempatan, kami ke bakmi Raos di daerah Karang Tengah, jl. H. Nudin NO. 70 Jakarta Selatan. Tempatnya bisa ditempuh dari arah Bona, ke arah Cinere, kira-kira di depan Pom bensin yang sebelah kanan, ada jalan ke kiri, masuk lewat jalan itu aja.

Tempatnya teduh, namanya juga Garden Resto. Parkir mobil bisa untuk 8 - 10 mobil, juga ada buat motor. Tempat makannya ada yang lesehan ada juga yang duduk. Di sebelah kiri dari pintu masuk, ada beberapa kandang hewan seperti monyet, iguana, ayam, kura-kura, beberapa burung. Lokasi kandang cukup bersih dan lumayan jauh dari area makan. Dan sepertinya kandangnya sering dibersihkan, walaupun kondisi kandangnya tidak bagus lagi. Tapi hewan-hewan di dalamnya terawat bersih. Jika mengajak anak kecil, mungkin akan suka melihat Iguana yang besar, nongkrong diam di dalam kandangnya.

Sayang hanya ada satu ayunan sajaSayang tempat ini tidak dilengkapi playground, hanya ada ayunan satu buah, yang bisa muat hingga 4 orang dewasa. Hanya itu. Dan saat kami kesana memang keadaan sedang sepi sehingga anakku dengan leluasa berayun-ayun disana.

Sembari melihat si Kaka bermain, kami menunggu menu yang kami pesan saat itu, Es lidah buaya, teh botol, 2 porsi bakmi raos dan kwetiauw take away. Pesanan minum tak lama datang. Es Lidah buaya yang dingin menyegarkan tenggorokan. Dari arah dapur terdengar kesibukan menandakan menu kami sedang diolah, hingga akhirnya masakan itu tiba juga di meja kami, 2 porsi bakmi raos yang masih panas plus sekotak kwetiauw untuk dibawa pulang.

kondisi di bakmi raosBakmi raos, apa se-raos yang diperkirakan ? Raos kan berarti enak. Ayo dicoba.
Suapan pertama, hmm... memang enak. Mie-nya ukuran kecil, dimasak dengan telur dan baso juga beberapa sayur. Racikannya enak. Emang pantas disebut raos alias enak. Anakku juga lahap memakan kwetiauw yang mau dibawa pulang, sebagiannya dituang ke piring, sebagian lagi untuk dibawa pulang karena terlalu banyak untuknya.

Tak lama, sepiring bakmi raos sudah menghilang dari pandangan. Begitu pula bakmi di piring istriku. Sudah menghilang juga. Enak. Dengan suasana garden yang teduh, cocok untuk dinikmati.

Mengenai harga, tidak terlalu mahal. Bakmi-nya seporsi Rp. 22.000 begitu pun dengan kwetiauwnya. Es lidah buaya sekitar Rp 10 - 12.000 lupa lagi. Teh botol harga standar. Begitu juga dengan air mineral dinginnya. Lumayan tidak mahal, dengan tingkat rasa yang benar-benar raos.

Selain menu utama bakmi raos, tempat ini juga menyediakan beberapa menu lainnya, kebanyakan chinese food.


23 Jun 2013

Mengapa shopping bag dimasukkan di struk belanja


Barangkali hanya sedikit orang saja yang memperhatikan, bahwa di struk belanja yang kita terima, kadang ada tercetak shopping bag. Padahal kita tidak membeli shopping bag.

Seperti saat aku mengantar istri membeli tas di Elizabeth Melawai, disana tercetak di bawah tas, ada juga shopping bag seharga Rp. 3.000, namun dibawahnya ada lagi disc. Rp. 3.000 untuk shopping bag tersebut. Berarti shopping bag tersebut diskon 100% :D

Di beberapa minimarket juga terkadang di cetak shopping bag kecil, sedang ataupun besar, dengan harga Rp. 0, atau harganya Rp. 1 lalu dibawahnya ada pembulatan - Rp. 1 (total tetap Rp. 0). Membingungkan ?

Sebenarnya ini memang diperlukan, terutama untuk pihak toko. Ini berdasarkan pengalamanku waktu mengelola toko waralaba, karena menyangkut pada stok barang dan juga perhitungan cost yang dibebankan pada toko. Semisal di toko tas tersebut yang menghargai shopping bag-nya seharga Rp. 3.000, berarti setiap dicetak di struk, stok shopping bag di toko tersebut keluar sebanyak shopping bag yang dikeluarkan dan dicetak di struk. Mungkin di akhir bulan atau saat ada stock opname, shopping bag tersebut ikut dihitung pula. Mengapa ? Jelas dong, karena shopping bag tersebut menjadi beban toko.

Seandainya dari perhitungan stock opname, didapatkan data inventory shopping bag seharusnya ada 100 pcs, misalnya, namun kenyataan fisik yang ada hanya 80, berarti "hilang" 20. Total harga menjadi 20 pcs x Rp. 3.000 = Rp. 60.000. Hilang Rp. 60.000 hanya dari shopping bag. Siapa yang akan menanggung biaya kehilangan ini ? Biasanya ini akan dibebankan kepada seluruh karyawan toko tersebut. Atau entah kalau ada kebijakan lainnya.

Sama seperti hal yang lainnya. Perhitungan kondisi antara inventory di sistem dengan kenyataan fisik menjadi indikator dalam sebuah toko. Biasanya akan diketahui tingkat efektifitas toko tersebut, khususnya dalam penggunaan shopping bag. Apakah dalam batas normal jika dibandingkan dengan omset yang didapat, atau malah penggunaan shopping bag yang terlalu over jika dibandingkan penerimaan omset.

Jadi, jika melihat ada struk yang tercetak shopping bag, jangan khawatir buat para pembeli, karena itu hanya untuk mencatat antara inventory toko dengan keadaan fisik. Kecuali memang sistemnya eror atau memang kebijakan toko yang membebankan harga shopping bag diluar harga belanja lainnya :)

Susu Kolostrum, mengobati pusing puyeng



Bulan Mei 2013, aku mengalami rasa pusing yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Pusingnya bukan sakit seperti migren. Ya, aku sering mengalami migren, jadi aku tau pusing seperti ini bukan migren.

Rasa pusingnya bisa dibilang puyeng. Dunia serasa berputar. Seperti selesai naik komedi putar, atau seperti naik Teko - Poci yang ada di Dufan, lalu turun, terasa kan dunia berputar, puyeng minta ampun. 

Sedangkan saat itu aku sama sekali tidak naik komedi putar, tidak memutar-mutar tubuh seperti saat aku kecil main "babagongan" :D
Juga tidak sedang berlatih koprol. Tapi setiap membaringkan tubuh, dunia seakan berputar. Awalnya aku ikutin putarannya, tubuh kita seperti diikat di papan lalu berputar 360 derajat ke bawah. Lama-lama, setiap membaringkan tubuh, putarannya semakin cepat, pandangan semakin gelap dan rasa mual mulai ada.

Semakin lama, jika sering berbaring, semakin sering pula rasa berputar itu ada. Semakin gelap dunia rasanya, semakin mual juga. Hingga rasa mau muntah terjadi juga, walaupun tidak sampai muntah. 

Dan yang parah, pernah saat itu berbaring, lalu duduk, dan tiba-tiba dunia seakan berputar sangat kencang, dunia semakin gelap, tubuh seakan miring mengikuti putaran, mual semakin terasa. Setelah beberapa detik, sambil berpegangan kencang di sisi kasur, ilusi berputar itu hilang, dan saat membuka mata, ternyata tubuhku masih duduk tegak, padahal sebelumnya terasa sangat miring mengikuti putaran di kepala. 

Itu terjadi di hari ketiga. Ya, tiga hari mengalami puyeng seperti itu. Berputar. Sempat juga mengkonsumsi obat dari dokter, obatnya Merron kalo ga salah. Kandungannya Cittarizin. Itu juga kalau tidak salah. Dari obat itu, aku lihat di buku daftar obat, ternyata obat itu untuk vertigo. Dan seperti yang aku cari lewat internet, kemungkinan besar memang itu vertigo. Kondisinya mirip. Puyeng, dunia berputar, bisa terjadi beberapa hari.

Selepas itu, beberapa minggu kemudian gejala vertigo yang aku rasakan, belum juga hilang. Kadang terjadi beberapa kali dalam sehari. 
Dan setelah mengetahui aku menderita vertigo, aku mendapat larangan dari istri untuk nongkrong lama-lama di depan monitor. Dilarang main PS :-(
Dilarang online lama-lama :`-(
Dilarang tidur terlalu larut :`-(
Tapi memang aku juga merasakan sendiri. Lama nonton TV, menatap monitor, rasa puyeng itu kembali muncul. Tidur larut juga membuat tubuh jadi tidak stabil.

Pernah pula karena tugas kantor, sehingga tidur hingga larut sekali, akibatnya kurang tidur, pagi-pagi jalan sedikit sempoyongan, puyeng lebih terasa walaupun bisa diatasi. 

Dapet wejangan dari senior, jika pernah mengalami vertigo, jangan kurang tidur. Sering meditasi juga bisa membantu.

Beberapa obat herbal juga aku konsumsi. Hingga akhirnya aku juga mencoba Susu Kolostrum dari Golden Life. Hmmm … ternyata iklan. :D
Bukan, kalau masih nganggap ini iklan, ya sudahlah.

Pertama, karena aku sebagai member Golden Life, ya kenapa tidak memanfaatkan keanggotaanku untuk mengkonsumsi produk yang mungkin bisa menyembuhkan vertigo-ku. Kedua, aku lihat dari manfaat Susu Kolostrum untuk kesehatan otak, ya mungkin saja membantu vertigo-ku. Setidaknya usaha aku lakukan. 

Awalnya, Susu Kolostrum Golden Life aku konsumsi sehari sekali, satu gelas. Tapi kemudian, hari berikutnya aku konsumsi 2 bungkus dijadikan segelas, diminum setiap hari. Tiga hari berturut-turut aku konsumsi sehari 2 bungkus yang dijadikan jadi segelas saja. Alhamdulillah, rasa puyeng cenderung menghilang. Aku tidak bisa mengatakan vertigo-ku hilang seratus persen. Tapi dari perasaannya, jauh sangat berkurang.

Biasanya dari kondisi berbaring ke duduk, rasa puyeng selalu menyertai. Sekarang hampir tidak ada. Belum dicoba bangkit lebih cepat soalnya takut puyeng gila melanda. Tapi jauh-jauh sangat lebih baik. Selain itu, saat menengok cepat ke belakang, biasanya diikuti puyeng juga. Sekarang membaik. Bisa menengok dengan cepat. Puyengnya hampir tak ada lagi.

Setelah mengkonsumsi Susu Kolostrum Golden Life, rasa puyeng dari vertigo sangat jauh berkurang, hampir hilang. Semoga cepat hilang dan benar-benar hilang vertigonya. 

Untuk harga Susu Kolostrum, memang tidak semurah susu biasa. Sebungkusnya dihitung-hitung bisa seharga sebungkus rokok. 

Semoga cerita ini bisa membantu usaha para penderita Vertigo lainnya menjadi cepat sembuh. Dan sekedar promosi (haha …) buat yang ingin mendapatkan Susu Kolostrum seperti yang aku konsumsi, bisa mendapatkannya dengan harga Rp. 144.000 per box (isi 10 bungkus) untuk daerah Jawa dan Bali. Harga belum termasuk ongkos kirim.

Kalau tidak, Anda bisa mendapatkan susu kolostrum dari rekan atau sahabat Anda juga, yang penting, cepat sembuh ;-)

21 Jun 2013

NIkmatnya Kopi Ladang


Menikmati waktu santai, selagi bisa, kami menyempatkan masuk ke Kopi Ladang  alias Ladang Coffee yang berada di jl. Paso 168 Jagakarsa. 

Suasana saat itu sepi sekali, maklum, kami kesana sekitar pukul 11.00 WIB. Hanya ada satu tamu saja disana. Itupun mungkin orang yang bermukim di sekitar itu, karena tidak ada mobil ataupun motor terparkir. 

Saat memasuki area Kopi Ladang, suasana cozy menyambut. Beberapa sofa merah maroon siap untuk menemani saat santai sambil menyeruput kopi. Tersedia juga toilet, beberapa majalah dan ... sepertinya ada Wifi kalau tidak salah, tidak sempat mencoba.

Mengenai harga kopinya, kisaran sekitar 28 - 35 ribu, kecuali untuk kopi luwak bisa 60 ribu. Anda bisa memilih aneka kopi. Aku sendiri saat itu memilih kopi Aceh Gayo sedangkan istri memilih Kopi Kintamani. Dan menurut istriku, kopinya harum, cenderung asam, tidak membuat perih di lambung. Padahal kopi bermerk seperti Ka*** A** juga berasa agak asam tapi sering membuat perih lambung.

Kopi Aceh Gayo, mantap, masih terasa ada asamnya sedikit, dan menyegarkan mata :D. Satu "porsi" kopi bisa untuk 2 cangkir. Benar-benar bisa membuat mata begadang :P

Selain memesan kopi, kami juga memesan singkong keju. Enak lho singkong kejunya. Seporsi cukup banyak juga takarannya. Snack lain yang tersedia seperti beberapa cake ataupun French Fries dll. Sayangnya saat pesan Cake Opera, rasanya kurang greget. Masih tetep yang markotop saat ini adalah Opera-nya Harvest.

  
Sajian kopi ala Ladang Coffe

Beberapa Outlet Kopi Ladang


11 Jun 2013

Menikmati Gombyang, Kepala ikan Jambal


Terus terang baru kali ini aku merasakan yang namanya Gombyang. Baru denger pula namanya itu.

Sepulang tugas dari Cirebon, memasuki daerah Indramayu, kami mencari tempat yang menjual Gombyang. Katanya dekat dengan Tempat Pelelangan Ikan. Jadilah informasi minim itu yang kita pakai. Dari Indramayu kota, kita menuju tempat pelelangan ikan.

Menyusuri daerah dengan deretan kapal-kapal kayu yang sedang dibangun ataupun diperbaiki, kami menjalankan mobil di jalan beraspal yang cukup kecil. Tiba di Pelelangan Ikan, kami sempat berpikir bahwa ini akhir dari jalannya. Tapi setelah bertanya, ternyata ada tempat lebih ke dalam ke arah pantai, yang menjual Gombyang. Sampai saat itu aku tidak bisa membayangkan seperti apa itu Gombyang.

Mobil melaju lebih dalam, melewati TPI, melewati para pekerja sedang mempersiapkan jaring, mereparasi jaring, dan beberapa sedang menyiapkan kapal untuk segera berlayar. Akhirnya, hampir di ujung jalan, ada tempat dengan tulisan "Gombyang Amanda". Kamipun segera masuk ke warung itu.

Warungnya cukup luas, terbuat dari kayu-kayu. Keadaan saat itu kosong sama sekali. Hanya kami bertiga yang memesan makanan.

Tak lama dari memesan makanan, Gombyang pesanan kami akhirnya tiba juga. Disajikan sepiring penuh, dengan nasi di piring yang lain. Penampakan Gombyang di atas meja, membuat mataku sedikit melotot karena porsinya yang jumbo. Bahkan rekanku menyebutnya "seperti makan kepala kambing".
Ini penampakan Gombyang yang sempat aku foto :


Mantap, terutama buat penikmat ikan. Gombyang ini merupakan kepala ikan Jambal. Ikan Jambal roti yang biasanya dibuat ikan asin itu, yang sepotong sebesar ibu jari saja sudah bisa seharga Rp. 7.000 kalau sudah masak :D

Seporsi Gombyang ini bukan satu kepala ikan Jambal, tapi hanya setengahnya saja. Harganya murah saja, di bawah Rp. 30.000 (padahal sop ikan di dekat kantor saja sudah seharga Rp. 40.000, semangkuknya).

Kuahnya berasa banget, enak, segar di sore hari saat itu. Ada rasa pedas sedikit, asam, pokoknya mantap. Belum lagi gurih-gurih daging dan kulit kepala Jambalnya. Memakan gombyang seperti ini, nasi sedikit terpinggirkan. Maklum, makan gombyangnya saja sudah bisa membuat perut kekenyangan.

Sayang sekali di daerah Jakarta aku belum menemukan dimana tempat yang menyediakan menu ini. Gombyang kepala Jambal. Atau, apa setiap ingin mencicipi menu ini, harus menuju Indramayu ? Melewati jalur Pantura yang jalannya masih digaruk belum diaspal lagi ? :(

Jadi, buat yang menuju Pantura melewati Indramayu, coba saja menu yang satu ini, Maknyuss

Mitos-mitos di sekitar kita


Mitos tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah. Hal ini masih abu abu dikarenakan perbedaan kepercayaan, adat, terlebih lagi bila dikaitkan dengan agama akan menjadi musyrik bila dipercayai secara berlebihan.Tapi peran sugesti dalam hal ini sangatlah besar.Ada beberapa hal yang saya sendiri enggan untuk mempercayainya tapi sering menjadi kenyataan.Karena jujur saja dengan memegang kepercayaan pada mitos maka hidup kita menjadi terpatok dan tidak bebas.Berikut ini beberapa mitos yang saya ketahui sering ada dalam kehidupan sehari hari :

  • Mata kanan berdenyut artinya ada berita yang tidak baik atau ada sesuatu yang membuat kita menangis (saya pernah mengalami denyutan di mata kanan saya secara hebat dan ada berita yang membuat saya menangis,tetapi tangis bahagia)
  • Mata kiri berdenyut artinya aka nada berita bahagia
  • Kuping terasa panas artinya kita sedang diperbincangkan orang
  • Bibir berdenyut artinya aka nada percekcokan
  • Tangan kanan berdenyut artinya akan mengeluarkan uang (tentu saja yang jumlahnya tidak biasa)
  • Tangan kiri berdenyut artinya akan menerima uang (biasanya diluar pendapatan kita yang biasa)


Berikut ini larangan orang tua jaman dulu (kolot baheula) yang sering dikenal dengan “pamali” :
  • Tidak boleh buka payung di dalam rumah katanya suka ada yang meninggal (mungkin logikanya menyempitkan ruangan sehingga dikhawatirkan ada yang keselimpet)
  • Tidak boleh duduk di lawang pintu katanya suka susah jodoh (mungkin logikanya menghalangi orang yang hendak keluar masuk ruangan sehingga membuat orang jadi kesal)
  • Tidak boleh difoto bertiga katanya suka berpisah (yang ini saya ga tau logokanya dimana,tapi hal ini pernah terjadi pada saya dan keluarga saya)
  • Baju terbalik katanya akan mendapat rezeki baik berupa uang atau barang (ini sering banget terjadi pada saya)
  • Rumah yang letaknya seperti tusuk sate katanya susah hoki (mungkin logikanya angin akan masuk langsung kedalam rumah sehingga penghuni rawan sakit,mungkin…)
  • Pintu rumah tidak boleh satu garis,misalnya pintu masuk ke dalam rumah bersebrangan langsung dengan pintu masuk ruang makan lalu berhadapan dengan pintu kamar katanya…apa ya saya lupa,yang jelas tidak boleh,pamali,tapi yang jelas orang jadi mudah mengakses ruang dalam kali ya…

Itulah sekelumit tentang mitos yang saya dapat dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar saya. Benar tiadaknya tergantung pada kepercayaan masing-masing.

8 Jun 2013

Obat luar yang wajib ada di Rumah


Sebagai seorang ibu yang mengurus dua balita sekaligus tanpa pengasuh, membuat saya harus mempermudah diri sendiri dalam merawat kesehatan anak-anak, diantaranya ketersediaan obat-abatan di rumah haruslah lengkap. Jangan coba-coba kehabisan stok atau tidak ada cadangan, yang ada saya akan pusing sendiri karena memperbanyak urusan pekerjaan rumah saya.  Obat luar yang harus selalu siap di rumah adalah :
  1. Minyak kayu putih, harus wajib kudu, karena dibutuhkan oleh seluruh anggota keluarga, selain untuk menghangatkan badan, mengobati gigitan nyamuk, dan juga sebagai aroma terapi saat merasa mual.
  2. Minyak telon, sebenarnya saat ini anak bungsu saya sudah menginjak 1 tahun, sehingga sudah kuat dengan panas kayu putih, tetapi masih saya sediakan sebagai alternatif bila kehabisan kayu putih atau menginginkan aroma yang berbeda, karena minyak telon aromanya khas sekali untuk bayi.
  3. Minyak tawon, yang ini lebih dominan dipakai orang tuanya, untuk pijat, kerik, oles dsb. Tapi saya sering menggunakan untuk mengobati gigitan nyamuk atau semut pada anak-anak. Selain itu untuk menggosok badan anak-anak bila sudah bepergian atau sedang sakit. Saya sendiri merasa nyaman digosok dengan minyak tawon karena hangatnya pas meresap kedalam dan menghilangkan pegal. Minyak tawon juga efektif mengobati memar akibat benturan. Maklumlah anak kecil rentan sekali terbentur apalagi sedang bercanda atau belajar berjalan.
  4. Minyak  but but, saya menyetok ini atas saran teman saya karena bisa menurunkan demam bila digosok pada badan anak dan bisa mengobati luka memar akibat benturan. Fungsinya hampir sama dengan minyak tawon. Jadi bisa dijadikan alternatif saat minyak tawon habis. O ya, buat luka bakar juga bisa, bila saya terkena minyak goreng panas, segera saya oles Minyak but but. 
  5. Betadine dan minol, keduanya untuk luka terbuka, wajib ada dan bisa dipakai untuk seluruh anggota keluarga. Saat baru melahirkan pun saya berendam di air yang ditetesi betadine untuk mempercepat penyembuahan luka jahitan.
  6. Alkohol 70%. Saya menyetok alkohol tapi jarang digunakan, tak ada salahnya melengkapi obat-obatan kan.
  7. Param kocok. Dulu saya dan suami sering pakai untuk pegal linu, tapi belakangan ini lebih sering menggunakan balsam atau counterpain.
  8. Minyak bokashi, saat ini sih saya ga nyetok, tapi saya suka sekali karena fungsinya untuk luka bakar ampuh banget, trus bisa jadi deodorant, jadi kalo ada luka di ketiak kan pasti perih bila pakai deodorant, nah Minyak bokashi ini bisa ngobatin lukanya sekaligus ngilangin bau.
  9. Balsam dan counterpain, buat pusing, sakit kepala, pegal, biar ga langsung minum obat, biasanya kalo masih ringan bisa hilang.
  10. Minyak serai, Minyak yang satu ini untuk anti nyamuk dan anti pegal, Minyak serai ini alami jadi bisa dipakai bayi dan tanpa efek samping. Buat kerokan juga enak tuh.
  11. Bio Placenton, gel buat luka bakar, bagus juga nih, dingin, jadi adem dipakenya, dan luka bakarnya cepet sembuh.
  12. Thrombophob, gel buat memar akibat benturan, ini juga efektif, saya selalu nyetok sejak punya bayi, buat kita juga efektif, cepat sembuh dan hilang sakitnya.
  13. Andantol, gel untuk gigitan serangga. Awalnya dulu ketika anak saya yang digigit serangga (ga tau serangga apa), bentolnya gede dan keras, sepertinya gatal sekali, pake kayu putih dsb ga mempan, sejak pake andantol bentolnya perlahan hilang
  14. Daktarin for diapers, ini efektif dan top banget buat ruam popok, langsung mulus kembali.
  15. Apolar, ini salep untuk bentol yang kecil-kecil tapi banyak, kaya bruntusan, dulu anak saya jatuh diatas rumput, trus gatel dan menyebar keseluruh tubuh, pake apolar langsung hilang.
  16. Benoson N, pertama pake waktu pipi anak saya merah-merah, ternyata buat saya pun banyak gunanya, diantaranya jerawat, ruam di lipatan, luka akibat digaruk. Jadinya nyetok terus. 
^ - ^
~ from happy mom with two daughters ~

24 Apr 2013

Tempat wisata makan Puncak, Cimory Riverside


Setelah perjalanan dari Jakarta ke Cianjur dan mampir dulu menikmati makan pagi di Cimory Puncak, Mountain View, keesokan harinya, saat kami kembali menuju Jakarta, sesuai dengan niat kami sebelumnya, kami sempatkan untuk mencoba Cimory yang satu lagi, mereka menamakan tema-nya Cimory Riverside.

Sesuai namanya Riverside, tentu tempat makan wisata daerah sekitar Puncak ini ingin memberitahukan "kelebihan" tempatnya yaitu berada di sisi Sungai. Sesuatu yang terdengar menjadi lebih "luxury" jika dibandingkan dengan misalkan, "Cimory, pinggir Sungai" atau dengan bahasa Sunda, "Cimory, sisi walungan" padahal artinya tetap saja sama, tempat makan pinggir sungai. Cuma karena menggunakan bahasa bule, jadi biar lebih terkesan, barangkali.

Tiba di Cimory Riverside, disini parkir sudah menggunakan sistem ticketing. Parkirnya cukup luas. Ada untuk beberapa Bus Pariwisata juga. Suasana saat itu cukup sepi. Kami tiba sekitar pukul 10 pagi dan hanya ada 2 mobil yang terparkir. Maklum, suasana hari kerja tentu saja berbeda dengan suasana libur.

Masuk ke area Cimory, di sebelah kiri langsung area makan dengan meja-meja kayu yang berderet rapi. Ke sebelah kanan ada Toko Cokelat. Mulai dari gula-gula sampai kue-kue beraroma cokelat, siap memanjakan lidah.

Playground (yang tentu saja dicari anakku, ada di bagian bawah lebih ke dalam lagi. Lebih ke bawah dari playground ada taman-taman di pinggir Sungai. Ini yang dinamakan Riverside. Para pengunjung Cimory ini bisa menikmati makanan mereka sambil melihat pemandangan Sungainya. Sungainya (mungkin) dangkal, dan banyak bebatuan besar disana. Airnya masih cukup bersih, tapi jangan coba dibandingkan dengan air sungai Ciliwung yang kotor dan bau. Antara Cimory dan sungai terdapat pembatas pagar besi, dan kita bisa berjalan-jalan di pinggirnya.

Fasilitas lain dari Cimory ini, selain taman-taman yang asri, saat ini sedang dibangun tempat Rekreasi Edukasi. Fasilitas wajib seperti toilet tersedia di bagian bawah dan ujung.

Kami memilih meja di dekat kasir dan masih bisa melihat "sungai"-nya. Sementara istriku sedang menunggu pesanan menu datang, aku menemani anakku bermain di Playground di bagian bawah. Menu yang disajikan sama dengan menu di Cimory Mountain View. Dan aku pesan German Sausage plus Fresh Milk plain, sementara istriku memesan Nasi Goreng Sosis, Fresh Milk dan Mie Goreng untuk dibungkus pulang.

Sambil menunggu semua menu datang, anakku mencoba-coba permainan playgroundnya. Mulai dari jungkit-jungkit, Moo per, sampai naik-naik perosotan dilakukannya berulang kali. Keseimbangannya sudah mulai stabil terlihat saat dia menaiki papan berkelok di area bermain disana.

Setelah beberapa saat bermain, aku mengajak anakku untuk makan dulu. Menu pesananku, Germa Sausage baru saja datang, dihidangkan di atas piring putih, lengkap dengan kentang dan salad. Sedikit kecewa karena ternyata tidak sama seperti di Cimory Mountain View yang disajikan di atas hot Plate. Kalau soal rasa, sosisnya tidak terlalu beda dengan Cimory atas. Tapi, Nasi Goreng Sosis pesanan istriku, menurutnya tidak enak. Beda sekali dengan Nasi Goreng Cimory sebelumnya.

Jika sebelumnya istriku sampai ngiler-ngiler menikmati nasi goreng Cimory mountain view, kali ini seperti berbanding terbalik. Makannya pun tidak begitu dinikmati. Dari Nasi yang cukukp keras hingga soal rasa yang jauh berbeda, dan tidak cukup untuk disebut enak. Soal Fresh Milk, kalau yang ini tidak ada bedanya.

Pesanan satu lagi, mie goreng, yang dibuka setelah kami sampai di rumah, juga tidak menimbulkan kata wah. Mie-nya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kol-nya. Tapi aku sendiri tidak sempat mencicipi seperti apa rasanya. Hanya istri dan anakku yang mencoba. Dan tidak mengeluarkan kata "enak" setelah mencicipi mie-nya.

Kesimpulan, sepertinya lebih mending Cimory Mountain View dibandingkan yang ini. Soal menu, kami sama-sama tidak puas. Tapi soal rasa cake (saat itu pesan beberapa cake untuk dibawa pulang), terus terang cake-nya enak. Blackforest, Cheese cake dan lain-lainnya. Enak, dan beberapa rasanya mengalahkan rasa Harvest (opini sendiri tentu saja :-)  )

Hmmm... apa sebaiknya kembali saja dan makan di Cimory Mountain View ? :P

Masih banyak tempat wisata kuliner daerah Puncak untuk dijajaki. Tapi terkadang terkendala waktu. Dan banyaknya lembaran biru dan merah bergambar tokoh Proklamator :-)

17 Apr 2013

Wisata ke Puncak, pengalaman di Cimory "Mountain View"


makan sambil melihat gunung
View gunung bisa dilihat dari tempat duduk
Perjalanan dimulai dari Jakarta. Mobil melaju berlawanan arah dengan para penghuni Jakarta yang sedang sibuk memburu jam masuk kantor masing-masing. Aku mulai masuk pintu tol TB Simatupang depan Citos. Bayar tiket tol Rp. 7.500, perjalanan menuju Puncak berjalan lancar. Di arah seberang, arah sebaliknya menuju Jakarta, antrian kendaraan di Tol terlihat sangat nyata. Macet, seperti biasanya. Mungkin kalau jalan-jalan memang enaknya di hari kerja, biar lancar.

Lama perjalanan lewat tol dari Jakarta hingga keluar Tol Puncak kira-kira menempuh waktu 1 jam, dengan kecepatan mobil di Tol digeber sangat minim. Namanya juga lagi tidak kejar target, jadi dibawa santai saja. Keluar Tol bayar tiket Rp. 7.000. Jalan menuju arah Puncak tidak semacet seperti hari libur. Hanya sempat tersendat di daerah Taman Wisata Matahari karena ada kecelakaan mobil, juga sempat tersendat di Pasar Cisarua. Hal yang biasa, dan entah mengapa semua orang memakluminya. Padahal, angkot yang ngetem depan pasar, jika saja tidak ngetem disana, mungkin akan sangat lancar.

Cimory Riverside, ada di sebelah kanan kami, namun kami terus saja ke arah Puncak dan akhirnya belok di Cimory Mountain View. Dari arah Jakarta adanya di sebelah kiri.

Anak-anak bisa bermain playground
Playground di bagian bawah
Tiba di lokasi, belum ada yang masuk area Cimory. Parkir depan Cimory sepertinya cukup untuk 10-an mobil. Tapi jangan khawatir, di bagian belakangnya masih ada area parkir juga. Aku parkir di bagian depan saja. Saat itu sekitar pukul 10.00 suasana masih sepi namun pelayannya sudah pada siap. Kami pilih meja dekat pagar, biar bisa melihat pemandangan gunungnya, dan bisa melihat playground, kesukaan si Kaka.

Setelah melihat-lihat sekeliling, dari tempatku duduk, suasana pagi yang lengang membuatku betah di tempat ini. Tempatnya enak, dingin (tentu saja).

pemandangan yang hijau
Pemandangan gunung dan playground Cimory
Fasilitas pendukung di tempat ini bisa dibilang lengkap. Ada playground buat anak-anak, Toilet di lantai atas dan bawahnya, Mushola untuk Pria dan Wanita dipisahkan, ada juga Ruang Theater Edukasi, Pabrik susu di bawahnya.

Aku melihat-lihat menu sambil melihat-lihat sekitar Cimory, maklum, kunjungan pertama, padahal sering lewat tempat ini, . Hanya saja lewatnya pas hari libur. Dan tempatnya selalu penuh oleh pengunjung, entah dari mana, sepertinya tumplek kesana. Sehingga tak jarang membuat macet karena keluar masuk mobil ke arah Cimory ini.

Menu sosis cimory pilihanku
Menu, aneka masakan sosis
Melihat menu-menu yang ditampilkan, ada menu makanan Barat, yang lokal juga ada. Setelah lama bolak-balik halaman menu, akhirnya aku milih Ring Sausage dan Fresh Milk Cofee. Sedikit tidak nyambung, tapi aku ingin coba rasa susu Cimory disini. Istriku pesan Nasi Goreng Sosis dan Fresh Milk Chocolate. Sambil menunggu pesanan datang, istriku mengajak si Kaka main di Playground di bawah sana.

Pesanan tak lama datang. Ring Sausage, lengkap dengan potato dan sayur-sayur yang menemaninya. Plus Saus yang yami. Disajikan di atas Hot Plate, membuat bunyi-bunyi yang meriah dan wah. Dengan lahap aku mulai memotong-motong sosis dan memasukkannya sedikit demi sedikit ke dalam mulut, dilumeri dengan saus. Benar-benar yamiii menurutku. Sausnya enak, sosisnya mantap, dan disajikan di atas Hot Plate membuat makanan tidak cepat mendingin.

Sama denganku, istriku merasakan rasa yang enak pada pesanannya, Nasi Goreng Sosis. Benar-benar enak, katanya. Pokoknya, kunjungan ke Cimory saat itu, tidak mengecewakan. Masakannya enak, suasananya enak (entah kalau datang saat masa liburan). Kami benar-benar menikmati menu Brunch kami :)


Setelah kenyang dengan makanannya, aku mengajak si Kaka kembali bermain di Playground. Dia pun senang bermain disana, menaiki jungkat-jungkit, menaiki si Moo yang pake per itu, menaiki jembatan-jembatan. Mungkin anak seusia dia memang lagi senang-senangnya main seperti itu. Dan waktu pun terus berlanjut hingga kami harus melanjutkan perjalanan menuju kota Cianjur.

Saat akan keluar parkir, ternyata baru saja datang 2 bus berisi anak-anak TK. Jadi di area parkir terlihat sangat ramai. Aku baru keluar setelah sedikit sepi. Tukang parkir memberikan arahan hingga mobil meluncur kembali menempuh jalan menuju Puncak.
Total biaya selama di Cimory, 97.800 plus parkir 2.000.

Perjalanan menuju Puncak terbilang lancar tak tersendat. Beberapa Paralayang terlihat mengangkasa dari arah Puncak atas. Jalanan Puncak benar-benar sepi. Mobil melaju dengan sangat-sangat mulus. Aku membiarkan saja beberapa Xenia atau Terios menyalipku. Toh aku tidak sedang buru-buru.

Warung-warung di pinggir jalan menjajakan jagung bakar ataupun Ubi Cilembu, sudah siap dengan dagangannya. Beberapa arang sudah dinyalakan. Beberapa warung sengaja tutup. Mungkin karena bukan hari libur. Tapi lebih banyak warung yang buka dibandingkan warung yang tutup.

Dan perjalananpun terus berlanjut hingga aku dan istriku berniat untuk makan lagi di Cimory Riverside saat nanti kembali ke Jakarta.

Oya, sekedar informasi, karena banyak yang mencari tentang tiket masuk cimory, mmm... masuk Cimory ya masuk saja, makan, bermain di playground-nya, cuma kurang tahu juga kalau fasilitas edu-nya. Mungkin untuk rombongan.

Terus, mengenai angkot dari Jakarta ke Cimory, sebenarnya gampang saja. Dari Jakarta, tinggal menuju terminal Kampung Rambutan, lalu naik bus kecil (3/4) jurusan Cianjur, nama busnya Marita (warna putih, ada corak hijau, mirip bus kramat jati, tapi kecil). Kalau tidak salah juga, hati-hati ada Marita sejenis tapi jurusan ke Merak. Satu lagi bus dari Kampung Rambutan ke Cianjur, naik bus kecil, namanya Parung Indah. Warnanya putih polet coklat di bawahnya. Kalau mau memilih sih, masih mending bus Parung Indah, relatif lebih muda usianya dari bus Marita, imbasnya tentu ke interior dan kursi duduk, lebih enak Parung Indah.
Harga karcis bus-nya, mungkin Rp. 20.000 lebih (itu buat Jakarta-Cianjur, kalau tidak salah, soalnya sudah lama tidak naik bus ini).

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls