21 Apr 2014

Long weekend, menikmati liburan di Jakarta, hari ketiga


Kerja di Rumah dpt 2 juta        Omset Ratusan Juta dari Toko Online

Long weekend hari ketiga, 20 april 2014, hari Minggu.

Kali ini perjalanan liburan tidak jauh-jauh dari rumah. Sekedar untuk makan siang di Mal dekat dengan rumah, Mal Cilandak.

Pada awalnya, aku sempat ragu pergi ke arah Cilandak, karena biasanya akan macet di akhir liburan karena banyaknya pengunjung ke arah Kebun Binatang Ragunan. Tapi ternyata perkiraan tadi meleset. Jalan menuju Mal Cilandak sangat lancar.

Tujuan kali ini ke Cilandak adalah untuk mencicipi sushi. Tempatnya di Ichiban Sushi. Gampang dicari, dari pintu masuk utama, tinggal ambil ke sisi kiri. Di depan eskalator ada Ichiban Sushi. Atau ada juga pintu masuk langsung dari arah depan, di sampingnya pintu utama.

Sekedar info, di Cilandak ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tempat makannya sudah lumayan bervariasi dan enak. Dulu hanya ada McD, KFC ataupun Dundo, dan baru tahun terakhir kemarin sudah ada Gokana, Platinum, Bread Talk dan macam-macam termasuk buat menikmati Kopi juga ada tempat yang nyaman.

Kembali ke Ichiban Sushi, saat kami masuk kesana, kami disambut dengan ramah oleh karyawannya. Setelah kami mencari tempat duduk, kami disodori 2 menu. Dengan sabar si mba-nya menunggu pesanan kami. Dan dengan ramah pula, merekomendasikan menu yang enak. Aku pun tak sungkan menanyakan mana yang matang dan mana yang mentah. Maklum lah, ini adalah "percobaan" kedua untuk makan Sushi. Jadi masih bingung dengan menu dan juga harus bersiap dengan rasa dan sushi-nya itu sendiri.


Ichiban Sushi Cilandak


Kali ini aku memesan Shrimp Tempura Roll. Jenis Authentic Roll yang matang, dan merupakan salah satu menu yang direkomendasikan. Sedangkan istri lebih memilih Sake Sakura. Minuman ? Kami memilih Teh Ocha dingin refill sedangkan anakku dibelikan Milo kesukaannya.

Aku pikir setelah pesan, sushi akan langsung datang. Ternyata, ada "waktu" tunggu yang lumayan untuk setiap menu-nya. Aku tidak tahu apakah dibuat dulu (=dimasak ?) atau sedang diapakan dulu. Yang pertama datang ternyata Sake Sakura. Istri dan Nefertiti memakan dengan lahap. Katanya sih enak. Awalnya, anakku Nefertiti seperti merasakan aneh saat salmon-nya masuk mulut. Tapi setelah disuruh coba makan, akhirnya Nefertiti malah ketagihan, pun dengan istriku. Sekedar info, Sake Sakura itu menurut di menu, adalah Salmon dengan mayonaise dan black sesame dengan nasi di dalam lingkaran salmonnya. Harganya sekitar 25 - 28 ribu, 2 buah.


Sake Sakura


Pesananku datang tak lama setelah Sake Sakura datang. 4 potong Sushi (matang) dengan serutan wortel. Sempat ragu juga apakah bakal enak ? Apakah aku bakal muntah ? Karena terus terang, aku kurang suka bau amis ikan, dan jika makan ikan dan tercium bau ikan, aku bisa mual.

Tapi ternyata rekomendasi mereka untukku tidak salah. Setelah dicoba, Shrimp Tempura Roll nya enak, setidaknya, inilah Sushi yang aku suka :D
Rasanya memang tidak familiar di lidah, tapi aku tidak muntah. Keterlaluan saja kalau sampai muntah, padahal kan sushi jenis ini sushi matang. Memakannya dengan ditambah Shoyu, membuat lebih mantap. Yang membuatku kesulitan adalah cara makannya. Katanya makan Sushi harus sekali makan. Aku coba sekali makan, hap, langsung masuk ke mulut, dan akibatnya mulutku penuh dengan potongan sushi. Kedua pipi menjadi gembung dan sedikit kesulitan dalam mengunyah. Walaupun akhirnya habis juga.

Potongan kedua, aku coba dengan memakannya dua kali gigitan. Tapi ternyata sulit juga, karena sisa gigitan menjadi sedikit berantakan dan akhirnya benar-benar berantakan di piringnya. Jadi sepertinya lebih enak dimakan langsung satu kali hap saja.

Setelah habis, istriku ternyata ingin mencoba lagi jenis yang lain. Dan akhirnya memilih Tako Sashimi. Apa itu Tako Sashimi ? Itu Gurita yang di Sashimi, makan mentah. Dan untuk menu yang satu ini, kami juga harus menunggu beberapa saat hingga hidangan itu tersaji di meja. Tako Sashimi, 3 irisan Tako berwarna ungu dengan daging putihnya.

Kembali lagi, awalnya aku ragu memakan Tako Sashimi ini. Istriku yang ngiler. Setelah melihat dia memakannya dan mengatakan enak, maka akupun memberanikan diri mencicipinya. Aku lebih memilih menggunakan tangan dibandingkan menggunakan sumpit untuk makan Tako ini. Tapi tak lupa aku tambahkan Wasabi di tako-nya. Ingat, jangan terlalu banyak, karena cukup pedas dan rasanya aneh :P

Pertama gigit, kunyah, ternyata enak juga. Kenyal, tidak bau anyir ataupun amis. Cukup enak hingga irisan tako itu habis dengan variasi Shoyu ataupun Wasabi. Satu irisan habis olehku, satu oleh istriku dan satu oleh anakku.

Hahaha ... mungkin aku memang kampungan terhadap makanan yang satu ini. Entah pengunjung lain melihatnya seperti apa. Tapi, keingintahuan dan rasa penasaran terhadap sushi, membuatku mencari dan mencoba lagi. Dan sebelum pulang, kami membungkus Sake Sashimi, alias Si Salmon yang di Sashimi untuk kami makan di rumah.

Singkat kata, saat malam, kami baru membuka Sake Sashimi yang tadi siang dibeli. Oya, Sake Sashimi dibungkus dan diberi es batu diatasnya agar tetap segar. Saat tiba di rumah pun, langsung masuk kulkas sehingga tetap terjaga kesegarannya. Tiba saat mencicipinya, istriku sudah menyiapkannya lengkap dengan Shoyu, wasabi dan serbuk cabe-nya.


Sake Sashimi


Pertama makan, (setelah melihat istriku memakannya), aku coba potong dulu sedikit. Lalu memberi perasan jeruk lemon, lalu cocol serbuk cabe dan terakhir celup Shoyu. Terakhir, hap langsung dimakan. Rasanya ... aneh. Salmon-nya tidak terasa anyir, tidak bau amis, dingin dan cenderung tawar. Hanya ada rasa dari Shoyu serta bubuk cabe. Potongan kedua, aku kasih Wasabi di atasnya. Lumayan enak. Lama-lama, wasabinya enak juga. Bau-nya sebenarnya aneh, pedas, pokonya aneh.

Setelah "istirahat" sejenak, aku tidak bisa melanjutkan lagi memakannya. "Rasa" yang keluar dari dalam perut kembali ke mulut, membuat sedikit mual. Tercium bau ikan, walaupun sebenarnya "rasa" seperti itu juga sering tercium saat makan ikan goreng. Tapi, image mentah masih sangat melekat, walaupun sebenarnya cukup enak juga. Potongan terakhir sari salmon tersebut akhirnya dihabiskan oleh istriku juga.

Dan ... berakhir pula long weekend di Jakarta. Menikmati jalanan Jakarta, jajan di Jakarta dan juga menghabiskan uang di Jakarta :(

Untuk menu tadi,
Shrimp Tempura Roll, Sake Sakura, Tako Sashimi, Sake Sashimi, 2 Ocha dingin dan 1 gelas Milo, harus ditukar dengan sejumlah uang sebesar 170 ribu. Tapi puas. Rasa, pelayanan, keramahan, kesegaran, cukup sesuai dengan harga tersebut.

PS : Pelayannya masih bisa bersikap ramah dan full smiling walaupun anakku Nefertiti menumpahkan hampir 3/4 isi gelas Milo-nya membasahi meja, lantai serta celana ibunya

20 Apr 2014

Long weekend, menikmati liburan di Jakarta, hari kedua, bagian kedua


Kerja di Rumah dpt 2 juta        Omset Ratusan Juta dari Toko Online

Setelah sebelumnya gagal makan di resto Godong Ijo, kami meneruskan perjalanan untuk makan siang di tempat lain.

Saat memasuki tempat ini, sudah beberapa mobil terparkir rapi. Lesehan pun banyak ditempati. Dan kebetulan ada yang kosong, namun masih berantakan. Sisa piring kotor masih belum dibereskan. Entah kurang sigap atau memang karyawannya yang sedikit.

Tempat makan berupa lesehan

Tunggu punya tunggu, tidak ada pelayan satupun yang datang menghampiri. Lama juga duduk menunggu, sekalian mengawasi anak-anak bermain ayunan. Akhirnya aku ke area depan, menghampiri salah satu pelayan pria nya. "Mas itu tolong saya mau di lesehan di sana" kataku pada pelayannya. "Oh ... tapi itu belum dibereskan ..."

Maksudnya gimana ya? Apa aku yang harus membereskannya sendiri.

Akhirnya menunggu lagi, tapi piring kotor belum juga dibereskan. Sampai kembali aku ke area depan, kali ini bertemu dengan si teteh nya. Mungkin dia lebih punya power. Kali ini aku minta dia, bahwa kita mau di lesehan tapi itu masih kotor. Dan si Teteh kemudian menyuruh pelayan pria lainnya untuk segera membereskan meja nya. ARgfsdgkjshva .... sempat kesel juga, tapi melihat anak-anak yang cuek main, ya sudah dibiarkan saja.

Menu sudah dipesan, 2 pecak ikan mas bakar, 1 sop iga, 3 nasi plus lalap dan sambal. Teh botol 2 sebagai pelengkap.

Menu yang kami pesan ternyata tidak perlu ditunggu lama. Sop Iga datang lebih cepat, disusul pecak. 2 piring pecak ikan mas bakar. Nasi hangat dan lalap serta sambal. Sayangnya, lalapan hanya dua jenis, mentimun dan daun pohpohan, itupun daunnya sudah layu, tidak segar. Padahal sambalnya bikin segar, sayang tidak ditunjang oleh kesegaran lalapnya.

Tapi yang paling membuat segar saat itu, pecak-nya. Muantap segar di saat suasana sedang lumayan terik. Pertama yang dicicipi jelas kuahnya. Segar. Ada asemnya, sedikit asin, agak pedas pokonya bercampur aduk memberi kesegaran yang pas. Ikan mas nya juga masih segar. Matang dengan cara dibakar. Tapi sepertinya cara membakarnya dengan api besar, jadi kulit ikannya cenderung gosong. Dan gosongnya ini memberi efek pahit karena terlarut dengan kuah pecaknya. Tapi kesegaran daging ikan mas cukup terjaga. Tanpa banyak bumbu, daging ikannya lebih terasa. Hati-hati dengan duri-duri lunaknya, karena ikan mas memang tidak di presto :P

Pecak Ikan Mas
Selesai makan, dengan tangan masih bergerilya menahan keinginan si kecil mondar-mandir di tempat ini, ada satu kejadian yang cukup mengganggu. Di ujung tempat lesehan, saat si kecil berjalan kesana, dia terperosok disana. Ternyata, kayu lantai lesehan sudah bolong, dan tidak terlihat karena tertutup tikar. Aku sempat khawatir karena kayu pecahannya terlihat tajam. Langsung kulihat kaki anakku, tapi dia sepertinya tidak terluka. Hanya kaget karena kakinya jatuh terperosok. Mudah-mudahan pengunjung yang lainnya tidak mengalami hal ini.

Selepas kenyang dengan makanan disini, akhirnya perjalanan liburan hari kedua berakhir dan kami melanjutkan perjalanan pulang melalui jalan Meruyung Limo, melewati Masjid Kubah Mas hingga akhirnya tiba di rumah dengan selamat walaupun di perjalanan diguyur hujan sangat lebat.

Long weekend, menikmati liburan di Jakarta, hari kedua


Kerja di Rumah dpt 2 juta        Omset Ratusan Juta dari Toko Online

Menikmati liburan panjang di Jakarta, hari kedua 19 April.

Setelah sebelumnya berlibur murah meriah di Ancol, hari kedua kami mengarahkan mobil kami ke arah Selatan, ke Depok. 

Sebelumnya aku dan istri mengeliminir beberapa tujuan kami saat itu. Tanah abang (nyari baju hehe), atau Taman Mini (katanya sedang ulang tahun, dan besok tiket masuknya gratis), atau ke Godong Ijo di Depok. Tapi akhirnya pilihan kami menuju Godong Ijo di Depok, karena tempat ini berkali-kali tidak jadi dikunjungi.

Setelah melihat gugel map, dan juga peta offline di hape, akhirnya kami bersiap-siap.
Perjalanan dimulai dari Pondok Labu. Tadinya mau ke arah Bona, tapi ternyata arus kendaraan menggiring kami menyusuri jalan Cinere. Dan ternyata itu salah besar Saudara-saudara sekalian. Mulai lepas dari Cinere Mall hingga ke jalan Bandung, ternyata macet. Jalan mobil pun hanya tersendat-sendat. Rupanya pertigaan jalan bandung ini yang membuat macet. Karena selepas itu, jalanan lancar.

Setelah melewati SPBU, mobil kami arahkan menyebrang dan menyusuri jalan pintas hingga tembus ke Pondok Cabe, dekat dengan belokan Lapangan Terbang Pondok Cabe. Perjalanan lancar diteruskan hingga perempatan Gaplek, perempatan antara ke arah Pamulang dan ke arah Sawangan. Dari perempatan Gaplek, tinggal belok kiri dan terus lurus mengikuti jalanan yang lumayan sepi.

Sambil mengamati bagian kanan kami, kami juga mengikuti panduan dari peta offline Android. Setelah ada peringatan bahwa Godong Ijo sekitar 300 meter lagi, maka mobil aku perlambat dengan sesekali melihat ke arah kanan kami. Hingga tak berapa lama terlihat ada gerbang coklat dengan tulisan Godong Ijo dan seorang petugasnya berbaju kuning yang sigap membantu menahan mobil dari lajur seberang agar mobil kami bisa masuk ke Godong Ijo.

Karena ini adalah kunjungan pertama ke Godong Ijo, jadi aku ikut saja arahan petugas parkir. Mobil diparkirkan di area dalam, dan saat itu hanya ada beberapa mobil saja. Apa memang se-sepi ini ? Pikirku.
Kemudian oleh petugas parkir, kami diarahkan masuk lewat jalan di samping tempat parkir.

Disana ada lahan kosong berlantai plester semen dengan atap terpal dan beberapa kipas besar menempel di beberapa tiang besi. Mungkin dulu digunakan untuk sesuatu. Entahlah, karena ini baru pertama kali, jadi tidak tahu dulu dipakai apa.

Melewati jalur ini, ternyata lebih jauh ke dalam, ada banyak mobil terparkir disana. Rupanya, orang-orang yang sering ke tempat ini sudah tahu cara parkir yang baik, jadi tidak terlalu jauh jalan kakinya :D

Tempat pertama yang kami temui adalah Restoran. Untuk mendinginkan sesuatu, anakku membeli eskrim kesukaannya di Resto ini. Sambil menikmati jilatan demi jilatan di benda dingin tersebut, kami melihat ikan Arapaima di kolam samping Resto. Ikan Arapaima besar, di kolam yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu dalam. Dan selama di depan kolam itu, selama itu pula si Arapaima diam tidak bergerak, walaupun tidak pula mati.

Sambil menikmati eskrimnya, kami bergerak ke arah bawah, melewati Resto dan kolam ikan di samping Resto. Kolam ikan ini dipenuhi banyak ikan besar dan kecil, dan ikan-ikannya terlihat berenang kesana kemari. Anak-anak akan suka melihat ikan-ikannya.

Berjalan lebih jauh lagi, kami tertarik pada satu kandang di sebelah kandang Iguana, yang sedang bersantap berdua di dalam kandangnya.
Di kandang yang satu ini, ada Kura-kura super besar. Tapi dia hanya diam saja dengan kepala membelakangi kami. Anakku yang besar tidak terlalu suka dan cenderung takut terhadap kura-kura yang satu ini, dan dia lebih tertarik main ayunan yang ada di seberang kandang kura-kura.

Giant Turtle
Dia lebih menikmati berayun-ayun, berjalan di jembatan goyang ataupun menaikki tali-tali disana. Pun dengan adiknya, keduanya lebih senang bermain disini. Walaupun sepertinya area permainan disini beberapa kurang terawat, tapi bagi anakku, dan beberapa anak kecil lainnya, mainan adalah sesuatu yang sangat digemari, dan mereka cukup lama berada disini.

Arena bermain dan tanaman hias di sebelahnya
Yang menyukai tanaman hias bisa beli disini
Sambil melihat-lihat area disini, aku sadari ternyata Godong Ijo lumayan luas. Di samping tempat bermain ada area tanaman hias. Pengunjung bisa membeli bermacam-macam tanaman hias disini. Di sebelah Timur tempat bermain, ada area tidak terpakai, tanah becek. Lalu lebih ke Timur lagi, ada area pemancingan. Dan saat itu area pemancingan sedang penuh-penuhnya. Mobil-mobil pun banyak pula yang diparkir di depan area pancing ini. Untuk yang membawa motor, disediakan pula area parkir motor di seberang tempat main tadi.

Tempat parkir motor
Sebenarnya ada satu area lagi tapi tidak kami kunjungi. Nama areanya yaitu area Reptil. Letaknya lebih ke Selatan dari kandang Kura-kura.

Setelah berkeliling melihat area ini, baru kami putuskan untuk mencoba makanan di Resto Godong Ijo. Dan kami memilih duduk di Sofa dekat dengan jalan. Area di depan kolam sedang digunakan grup pertemuan lain.

Walaupun kami sudah duduk dan bersiap untuk memesan, namun tidak ada satupun pelayan yang mendekati. Ada satu pelayan pria sedang berada bersama kasir dan satu pelayan wanita sedang mencatat pesanan di meja yang lain. Saat aku coba panggil, susah sekali memanggilnya. Hingga pelayan yang tadi mencatat di meja lain, melewati meja kami. "Tolong minta menunya ..." seruku padanya. Dan dia menyerahkan menu sambil lalu saja.

Istriku sudah lumayan kesal dengan melihat pelayanan yang lambat dan cenderung mengabaikan kami. Tapi kucoba untuk melihat-lihat menu-nya, barangkali ada yang aneh dan cukup menggoda. Namun dilihat berkali-kali, menu yang ditawarkan ternyata kurang begitu istimewa. Yang ada jenis menu ikan goreng atau bakar. Itupun terbatas ikan gurame, patin ataupun ikan mas. Tidak ada Sop Ikan dan suasana yang segar. Padahal disana ada pemancingan. Dan mungkin tersedia banyak ikan. Tapi menu yang ditawarkan, tidak begitu variatif.

Akhirnya istriku mengajak makan di tempat lain. Akupun menyetujuinya, karena menu yang kurang variatif dan sepertinya kurang bisa menyegarkan tenggorokan. Yang terbayang sesaat kemudian adalah Pecak Ikan Mas ......

Dan perjalanan pun mengarah ke arah Sawangan, meninggalkan Godong Ijo yang sepertinya tidak akan kami kunjungi lagi. Menyebrangi jalan dari Godong Ijo kami menuju ke kanan, ke arah Barat. Mengikuti rambu jalan, ikuti saja arah ke arah Sawangan. Lalu ikuti arah ke Margonda.

Nama tempatnya aku lupa lagi, padahal ini adalah kunjungan ketiga kalinya. Tempatnya lumayan luas, berbentuk lesehan-lesehan. Tempat parkir juga luas dan teduh. Dan saat kami ke tempat ini, tempat ini sudah lumayan rame.

Yang ada saat itu hanya meja-meja di tengah, padahal kami ingin di lesehan. Lebih ribet jika di meja biasa, sedangkan anak-anak tidak mau diam.

Hup ... sepertinya postingan hari kedua liburan long weekend dilanjutkan di postingan lain, biar tidak terlalu panjang. 

19 Apr 2014

Long Weekend, Menikmati liburan di Jakarta


Kerja di Rumah dpt 2 juta        Omset Ratusan Juta dari Toko Online

Di bulan April 2014 ini, ada long weekend dari hari Jumat, Sabtu dan Minggu tanggal 18, 19 dan 20 April. Momen seperti ini jelas sangat dimanfaatkan untuk berlibur, terutama berlibur keluar kota ataupun mudik lagi. Sebagian penghuni Jakarta, mungkin sebagian besarnya, keluar dari kota Jakarta menikmati masa libur yang lumayan panjang. 

Alih-alih menikmati libur di luar Jakarta, long weekend sering kami manfaatkan untuk berlibur dan menikmati kekosongan kota Jakarta itu sendiri :D

Tadinya sempat untuk tergiur pulang ke Bandung. Tapi memikirkan macetnya saja sudah bikin puyeng. Weekend biasa saja, Bandung sering macet oleh plat B. Apalagi long weekend seperti ini. Ujung-ujungnya, hanya mengalihkan macet dari Jakarta ke Bandung. Sarua wae.

Ke Cianjur ? Waduh ... cari penyakit. Jalur Puncak pasti super duper macet. Mulai dari sebelum Ciawi, dan bisa berjam-jam di jalur Puncak. Big No. 

Jadi, longweekend ini, dan juga long weekend kemaren, kami menikmatinya di Jakarta saja. Jakarta dan sekitarnya. 

Hari Pertama, Jumat, 18 April 2014.

Long weekend pertama, kami pergi ke tempat yang sudah tidak asing lagi untuk orang Jakarta dan luar Jakarta. Apalagi kalau bukan namanya Ancol. 
Dulu, saat masih berdomisili di Bandung, aku menganggap masuk Ancol itu berarti ke Dufan, dan itu lumayan mahal. Tapi ternyata, masuk Ancol dan tidak lagi masuk ke mana-mana (Dufan, Gelanggang, Sea World dll) bisa juga menyenangkan.

Perjalanan dari rumah, dari Pondok Labu, kami mengambil jalur Antasari via Flyover. Lancaaar dan sepi. Lepas dari flyover, masuk ke Sudirman, kami gunakan saja jalur lambat, toh sepi juga. Selesai jalur lambat, masuk ke jalan Gatot Subroto, langsung ambil kanan dan masuk Tol. Bayar 8 ribu. Jalanan long weekend di Jakarta, betul-betul menyenangkan. Pasti akan berbeda jika kami memaksakan liburan long weekend di Bandung.

Buat yang belum tahu (ni yang belum tahu saja), kalau sudah masuk Tol ini (tol dalam kota), tinggal ambil saja jalur kanan. Teruuus ambil lajur kanan, pasti tidak akan nyasar. Hingga di ujung nanti ada cabang ke arah Bandara dan Penjaringan, tetap ambil kanan. Terus lurus lagi melewati gerbang tol Penjaringan, lanjut melewati gerbang tol Sunda Kelapa dan baru terlihat marka menuju Ancol atau Kemayoran sekitar 3 atau 4 KM lagi. Kalau sudah terlihat itu, baru deh kita minggir-minggir dikit ke kiri untuk bersiap-siap keluar pintu Tol Ancol.

Setelah keluar pintu tol Ancol, kita tinggal lurus. Enaknya ambil jalur kiri dan lurus terus, langsung tuh masuk gerbang tol Ancol. Disini kita harus bayar dulu. Kalau bawa mobil, kita kena biaya 20 ribu per mobil. Orang Dewasa kena biaya 20 ribu juga per orang. Anak kecil 5 tahun kena juga sama 20 ribu. 

Setelah bayar tiket masuk Ancol, jangan lupa ambil tiket parkir mobilnya. Kalau tidak diambil tiketnya, nanti palang pintunya tidak akan naik :D

Perjalanan pertama setelah memasuki Ancol, kami melewati Dufan, tinggal belok kiri saja. Wuh ... mentang-mentang sedang liburan, di Dufan sudah banyak yang antri buat masuk. Tapi kita sih lewat saja. Dufan ? Gak level ... (habisnya anak-anak masih kecil, masa cuma masuk Istana Boneka saja nantinya di Dufan ? Rugi dong :P  )

Mobil kami lanjutkan mengitari pinggir kiri Dufan, melewati Dermaga, melihat kapal-kapal pesiar. Kalau kehabisan bensin, di sebelah kiri (Barat) juga ada SPBU, tapi tidak ada Premium, adanya Pertamax ya. Melewati Dermaga, akhirnya belok kanan. Kalau lurus terus sih buat yang mau ke Pulau Bidadari.

Setelah itu kita akan ketemu dengan Pantai Carnaval. Letaknya di belakang Dufan. Jadi kita tadi mengitari Dufan. Mobil kami parkir di dekat Bakmi Naga. Di parkiran ini kita bisa melihat Roller Coaster Dufan, lihat orang-orang lagi teriak.

Dari tempat parkir, jalan dikit ke arah Barat untuk bermain-main pasir. Buat yang sudah lapar, disini ada juga A&W dan banyak makanan juga. 

Sebelum terjun ke area pasir, aku beli peralatan pasir buat anakku. Harganya 30 ribu. Mau nawar juga ga enak, katanya harganya sama karena harga dari Koperasi. Ternyata emang nanya satu pedagang dan pedagang lain, semua sepakat satu suara, 30 ribu :D

Selesai persiapan menuju pasir, kami mencari lokasi duduk. Tikar sudah disediakan oleh para tukang tikar. Harganya 20 ribu, sepuasnya. Dari pagi ampe malem kalo mau. Kalo bawa tiker sendiri juga ga apa-apa. Kalau mau praktis ya sewa saja. Dan biasanya, tempat-tempat di bawah pohon sudah ditandai sama mereka. Oya, tikarnya, kalau dibutuhkan, bisa dipindah. Jadi ga harus melulu di tempat itu.

Sudah, sekarang giliran anak-anakku beraksi. Kami sengaja memilih tempat yang agak jauh dari bibir pantai. Maklum, si kecil inginnya nyebur mulu. "Nanii...nanii..." kata dia, maksudnya apalagi kalau bukan "mandi...mandi..."

Semakin siang, tempat ini akan semakin ramai. Lokasi untuk menggelar tikar akan semakin sempit. 
Di Pantai ini fasilitas sudah cukup memadai. Mau ke toilet, dekat, ada di ujung. Masjid juga ada, pedagang banyak di booth nya masing-masing. Tidak banyak pedagang asong dong, yang ada keliling cuma pedagang Snack yang sudah di bundel, harganya 10 ribu, isinya sekitar 7 jenis snack.
Oya, ada juga yang berdagang rujak kalau mau.

Setelah lama bermain pasir, si kecil, yang sudah sangat ngebet ingin nyebur, akhirnya kami ijinkan juga. Sebenarnya sih kurang begitu suka menyeburkan anak kami disini. Air pantai disini kan ... ga terlalu bersih. Tapi anak-anak kecil suka banget bermain disini. Penyewaan ban pelampung juga laris manis.

Total biaya perjalanan ke Ancol hari itu :
Tol 8 ribu
Tiket masuk Ancol 80 ribu
Pizza Hut (Cheese roll, Salad) 80 ribu
Toys 30 ribu
Sewa tikar 20 ribu
Snack 10 ribu
A&W Rootbeer kaleng 10 ribu
Aqua 600 ml 5 ribu -- (naik 2 ribu dibanding harga di luar, ya lumayan ga dilipat banyak kaya beli di Resto hehehe)
Sabun mandi batang ..... lupa berapa ya ...


yang gratis :
toilet
parkir
ga ada tiket buat main pasir :P

Oya, disana suka ada yang nawarin naik perahu, biayanya kalau tidak salah 10 ribu. Tapi belum pernah coba.

Bermain pasir di Ancol tidak hanya di satu sisi pantai belakang Dufan saja. Kalau tidak puas, masih bisa mengarahkan kendaraan lebih jauh ke arah Timur. Nanti banyak juga area bermain pasir buat anak-anak. Di dekat McD juga ada. Dan parkiran disana lebih dekat. Maklum parkirnya pinggir jalan, dan memang sudah disediakan seperti itu.

Lebih jauh ke Timur lagi, ada Ancol Beach City. Disini kita bisa belanja di Mall-di-dalam-Ancol. Jadi kalau sudah kepanasan bermain di luar, bisa ngadem dan berbelanja dulu di Mall sini. Mau nongkrong di warung Kopi, ada, Indomaret juga ada. Konsep Indomaret di Mall ini mirip konsepnya Sevel. Kita bisa nyeduh sendiri Pop Mie atau Minuman lainnya.

Selepas belanja atau hanya winshop, lanjut menikmati pantai di halaman Mall ini. Gratis, tidak ada biaya lagi.

Jadi, kalau mau menikmati liburan hemat di Jakarta, bisa coba ke Ancol ini. Kalau ga mau pusing rute ke Ancol, gunakan saja bus Transjakarta. Ada yang nyampe ke Ancol. Murah. Tiket cuma 20 ribu per orang, tidak berbatas waktu. Bandingkan dengan tempat bermain anak yang ada di Mall-mall, 20 ribu cuma se-jam saja :D

Pulang dari Ancol, kami tidak masuk tol lagi, dan hanya menyusuri jalan-jalan biasa saja. Melewati Stasiun Jakarta Kota, Glodok, Harmoni, Monas, Bundaran HI, Sudirman, Blok M dan hingga akhirnya kembali ke Pondok Labu, dengan diiringi hujan sejak dari kepulangan kami dari Ancol tadi. 

Lanjut,
menikmati libur panjang di Jakarta, hari kedua 19 April 2014, di tulisan berikutnya .....

16 Apr 2014

Mockingjay, akhir trilogi Hunger Game


Kerja di Rumah dpt 2 juta        Omset Ratusan Juta dari Toko Online

Sudah pernah nonton Hunger Game dan lanjutannya, Catching Fire ?
Aku termasuk orang yang menyukai film yang satu ini. Cerita mengenai Katniss Everdeen saat mengikuti Hunger Game dan berhasil menjuarainya bersaama Peeta. Kemampuannya memanah membantunya keluar sebagai pemenang dengan cara "menyingkirkan" peserta-peserta lainnya.

Lanjut ke film keduanya, Cathing Fire, ternyata setelah Katniss berhasil menjuarai Hunger Game, dia harus menjalani lagi perlombaan yang sama, dengan pesertanya para juara Hunger Game sebelumnya. Jadi ibarat kata Hunger Game-nya para Bintang. Dan kembali, aksi-aksi Katniss dalam bertahan dari serangan peserta lain, menjadikan film ini salah satu favoritku. Hingga di akhir cerita, Katniss berhasil "diculik" setelah meledakkan arena, dan meninggalkan Peeta di arena. Dan cerita pun selesai disana ...
Menunggu film ketiganya, semoga tidak lama lagi ...

Tak sabar ingin mengetahui akhir cerita Katniss, aku pun mencari novel Hunger Game di toko buku Gramed, tapi yang ada hanya Hunger Game dan Cathing Fire. Trilogi terakhir berjudul Mockingjay ternyata tidak ada di rak buku mereka. Akhirnya mencari di Olshop, ada juga, harganya sekitar Rp. 67 ribu, ada diskon jadi harga Rp. 52 ribu. Kalau tambah ongkir jadi Rp. 60 ribu. 

Tapi akhirnya niat beli online dibelokkan ke Blok M Square. Coba cari dulu di Bursa Buku Murah di Blok M. Disana banyak tersedia buku-buku, dari yang bekas ampe yang baru. Mulai dari komik lawas hingga text book juga ada. Tinggal cari atau tanya ke yang jualnya. Jangan lupa buat ngotot tawar menawar harga :D

Pencarian Mockingjay di Bursa Buku Blok M tidak harus lama. Pas sampai di tempat ini, buku Mockingjay langsung terlihat. Masih dibungkus plastik. Langsung tanya si abang-nya. Dia nawarin 55 ribu. Singkat penawaran, akhirnya tuh buku dilepas di harga 30 ribu. Lumayan, pikirku. Tak lama disana, langsung meninggalkan tempat itu untuk baca Mockingjay di rumah.

Nah, tiba di rumah, dan membongkar plastik Mockingjay, sepertinya ada yang aneh. Maksudnya, tulisan-tulisan di kertasnya seperti agak kabur. Kupikir, kenapa novel keluaran Gramed kualitasnya hurufnya bisa agak goyang ? Dilihat lebih lanjut, hmmm ... apa ini bukan asli ? Dilihat sampul depan dan belakangnya, memang tidak sebagus biasanya. Untuk mengatakan ini asli atau bukan, ya harus dibandingkan lebih lanjut dengan yang benar-benar asli :D
Tapi mungkin benar kata teman-temanku, di sana ada juga buku-buku kopian. Tapi tidak semua, karena istriku juga beli Mira W atau novel lainnya, memang benar-benar asli.

Kembali ke topik Hunger Game,
Setelah membaca Mockingjay hingga setengah buku, aku merasa kurang puas. Ya, membaca buku Mockingjay tidak memberikan bacaan yang ...ingin terus dibaca. Pengalaman membacanya kurang seru. Maksudku, antara pengalaman menonton filmnya dengan membaca bukunya, lebih enak nonton filmnya. Ga seru baca bukunya.

Berbeda saat aku membaca Harry Potter. Membaca buku Harry Potter jauh lebih mengasyikkan dibandingkan menonton filmnya. Jauuuh ... tidak bisa dibandingkan. Nah, kalau Mockingjay, walaupun belum ada filmnya, tapi membacanya lebih cenderung membosankan.

Dipikir-pikir, apa yang beda ?
Jadi di buku Mockingjay ini, kita hanya membaca kisah pertempuran ataupun beberapa "adegan"nya seperti sedang membaca headline news saja. 

Contoh saat Capitol menyerang Distrik 13. Disana hanya diceritakan Distrik 13 terus menerus digempur Rudal Capitol. Para penduduk sipil bersembunyi di bunker. Rudal masih menghantam Distrik 13. Dan seperti itu saja. Tidak diceritakan seibarat kita sedang menyaksikan bom-bom itu menghantam bagian-bagian Distrik 13. Atau saat Katniss sedang berburu. Hanya diceritakan sekilas saja. Bahwa Katniss pergi dengan jaket dan tas berburunya, dengan panahnya. Dan tak lama sedang mencabuti bulu itik hasil buruannya. Dangkal sekali. Tapi mungkin bukan itu tujuan utamanya. Hanya saja aku menyukai sosok Katniss yang jago memanah. Dan itu tidak terlihat di buku itu.

Coba bandingkan dengan filmnya, saat Katniss diam-diam mengamati buruannya. Memasang anak panah, membidiknya dan lain sebagainya. Tanpa bicara, tapi kita bisa larut dengan suasana pemburuan yang dibangun oleh tokoh Katniss.

Dan itu tidak ku dapatkan di buku Mockingjay. Pertempuran-pertempuran diceritakan secara breaking news saja. Jadi kita tidak terlibat dan tidak bisa melihat pertempurannya. 

Mending nunggu film-nya saja kalau begitu. Buat yang masih penasaran, tinggal baca bukunya saja. Masih banyak tuh di Blok M. Mungkin bisa lebih teliti biar dapet buku yang benar-benar asli :P


Wiskul Sate Shinta dengan view yang hijau


Kerja di Rumah dpt 2 juta        Omset Ratusan Juta dari Toko Online

Rasanya nama Sate Shinta sudah tidak asing lagi buat para pecinta daging sate. Keberadaan Sate Shinta bisa dengan mudah dijumpai. Sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Cianjur saja, aku lihat ada beberapa yang namanya Sate Shinta. Pun saat berada di Bandung, yang namanya sate Shinta ini, ada juga. 

Pada kesempatan kemarin, sepulang dari Cianjur menuju Jakarta, di daerah Cugenang, akhirnya kami menyempatkan diri mencicipi Sate Shinta ini. Sate Shinta Cugenang ini lumayan luas. Area parkir luas, area makannya luas dan berbukit, mengikuti kontur-nya yang berada di tebing. Jadi kita bisa menikmati pemandangan yang menghijau, melihat pohon-pohon dari arah atas. Pokoknya menyejukkan mata. Perut kenyang, mata segar :D

Saat itu kami ke Sate Shinta Cugenang sekitar pukul 10 pagi. Tempatnya sudah buka. Langsung kami parkirkan mobil dan berkeliling-keliling mencari tempat yang enak untuk makan dan bersantai. Pilihan kami akhirnya memilih area lesehan. Walaupun harus menuruni beberapa anak tangga, tapi sesuai dengan usahanya. Kami bisa melihat pemandangannya, dan bisa bersantai sambil mengawasi kedua bocah kecil. 

Tidak butuh lama untuk memesan makanan. Sayang saat itu sate kambing polosnya tidak ada alias out of order. Katanya habis tadi malam (malam minggu). Terpaksa memilih menu lainnya, Sate Kambing Shinta dan Sate Maranggi. Bedanya sate kambing Shinta dengan sate kambing polos, kalau sate kambing Shinta, ada lemak diantara potongan daging satenya. Padahal sih sebenernya ga pengen ada gaji-nya. Tapi untuk memilih sate sapi juga, kayanya kurang jos juga. 

Sambil menunggu pesanan datang, kami melihat-lihat area sekitar Sate Shinta. Seperti biasa, pesanan minuman telah datang terlebih dahulu. Yang pertama datang sebenarnya teh tawar hangat. Tanpa diminta, sudah dibawakan secara otomatis. Welcome drink ....
Nasi disajikan dalam satu tempat. 

Untuk Sate Kambing Shinta harganya kalau tidak salah 40 ribu seporsi (10 tusuk). Sate Maranggi kalau tidak salah 35 ribu (10 tusuk). Sate Maranggi disajikan di atas piring putih polos, sedangkan sate kambingnya disajikan di atas hot plate. Dua buah bumbu tersaji di piring kecil. Bumbu kecap dan bumbu kacang. Mantap, siap untuk disantap.

Sate kambingnya, nyos ... dagingnya tidak alot. Namun sayang gaji (lemak) kurang begitu nyos. Lemaknya saat itu yang tipe keras. Bukan yang meleleh saat digigit. Dan beberapa ada yang alot juga lemaknya.
Sate maranggi-nya enak juga. Di cocol dengan bumbu kacang makin terasa enaknya.

Udara Cugenang yang cukup dingin membuat makanan sate jenis ini sangat segar dinikmatinya. Untuk penghangat tubuh :D

Secara umum, tempat ini cukup luas. Parkir luas, area makan terbagi menjadi beberapa bagian. Bisa duduk, lesehan ataupun saung-saung. Dengan model berbukit-bukit, lumayan untuk olahraga kaki menaiki dan menuruni beberapa anak tangga sebelum menuju tempat makannya. Sayangnya area ini tidak children-friendly, karena tidak ada playground nya. Satu-satunya sarana buat anak kecil disana adalah ayunan yang bisa diisi hingga 4 orang.

Itupun kurang terawat. Permainan lainnya tidak ada. Area mancing dan saungnya sedang tidak bisa digunakan juga. Keberadaan toilet pun rada susah ditemui. Maksudnya, tidak di setiap "sudut" ada. Yang kutahu, ada dua di dekat tangga menuju lesehan bawah. Setelah di area bawah, tidak terlihat toilet. Entah aku yang tidak melihat atau memang tidak ada. Mengganggu ? Lumayan, karena dari area yang bawah, yang jauh dari kasir, jika harus ke toilet, berarti harus bersiap naik dan turun tangga lagi :(

Bagaimana dengan Sate Shinta lainnya ? Hmmm ... belum pernah coba sih :D

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls