Kerja di Rumah dpt 2 juta
Omset Ratusan Juta dari Toko Online
Untuk menempuh tempat ini, gampang saja. Letaknya bersebelahan dengan Monas. Tepatnya ada di jalan Medan Merdeka Barat, disamping Kementrian Pertahanan RI. Kita bisa menggunakan Busway dan turun di halte Monas.
Buat yang dari luar Jakarta, pengunjung tinggal berpatokan pada Tugu Monas, ataupun Stasiun Kereta Gambir. Jaraknya tidak sebegitu jauh dari kedua tempat ini.
Jika menggunakan mobil pribadi ataupun motor, Anda tinggal parkir kea rah bawah. Dari gerbang masuk, mengitari pintu masuk museum lalu masuk ke basemen. Disini tempat parkir lumayan luas. Jangan khawatir kesulitan parkir mobil, namanya juga museum … jadi jarang yang mau berkunjung, tidak seperti mall yang sulit untuk mendapatkan tempat parkir.
Sayangnya, dari tempat parkir mobil, tidak ada jalan khusus untuk langsung menuju museum. Kita harus jalan kaki ke arah darimana kita masuk tadi. Dan sekali lagi sangat disayangkan, tidak ada jalan khusus untuk pejalan kaki. Kita harus melewati jalan yang sama dengan jalan yang dilalui mobil. Untuk parkir mobil, kita tidak dipungut biaya sepeser pun.
Sebelum masuk ke dalam museum, kita diharuskan membeli tiket terlebih dahulu. Untuk dewasa harga tiketnya Rp. 5.000 sedangkan untuk anak harga tiketnya Rp. 2.000.
Memasuki area museum, sebenarnya museum ini terbagi 2. Jika kita berjalan lurus dari gerbang masuk, kita akan memasuki area arca-arca dan kebudayaan Indonesia lainnya. Jika kita mengambil kea rah kanan dari loket masuk, kita akan memasuki gedung yang berisikan mulai dari jaman prasejarah di lantai 1 hingga ke lantai paling atas mengenai koleksi emas.
Memasuki gedung lama, kita bisa melihat arca-arca peninggalan jaman kerajaan dulu. Patung Ganesha dengan posisi duduk seperti biasanya Ganesha “berfose”, menyambut kedatangan kita. Lalu di samping kiri dan kanan terdapat pula banyak arca-arca lainnya dengan ukuran yang beraneka ragam. Diakhiri dengan Patung Bhairawa Budha yang tingginya mungkin sekitar 3 meter lebih. Setelah dari ruangan ini, kita memasuki taman dengan banyak arca di kanan dan kiri. Ada pula beberapa arca di atas halaman rumput.
Saat itu kami datang sekitar pukul setengah 4 sore. Walau begitu, jumlah pengunjung tidak sepi sekali. Hari minggu, museum tutup jam 17.00. Jadi masih ada waktu lumayan untuk berkeliling museum. Dan entah karena sudah sore atau memang sedang tutup, beberapa ruangan tidak bisa kami kunjungi, yang salah satunya ruangan terakota yang ingin kami lihat, ternyata tidak ada. Lihat di peta di samping loket, ada satu ruangan terakota, agak ke ujung bangunan di sebelah kiri.
Sebagaimana kebanyakan museum, Museum Nasional ini juga berhawa sejuk dari pendingin ruangan. Jadi membuat pengunjung bisa betah di dalam ruangan sambil menikmati koleksi museum dan menambah pengetahuan kita. Di beberapa ruang pamer museum juga tersedia bangku-bangku panjang jika para pengunjung sedikit lelah berjalan-jalan.
Menginjak gedung di sebelah kanan, di lantai 1 kita bisa melihat koleksi museum dengan tema pra sejarah. Mulai dari fosil gading gajah, tengkorak kepala manusia katai, rangka manusia di dalam kuburnya dan lain-lain. Untuk menuju lantai 2 dan seterusnya, tersedia escalator otomatis.
Pada awalnya aku kira eskalatornya dalam keadaan mati. Tapi saat kita lewat di dekatnnya, escalator secara otomatis bergerak mengarahkan pengunjung untuk ke atas.
Untuk lantai 2 dan seterusnya, tidak sempat kami kunjungi, karena waktu semakin mepet menuju jam tutup. Sampai akhirnya kami duduk-duduk di lantai di ruangan penghubung antara gedung kiri dan kanan. Ruang penghubung ini berdinding kaca jadi kita bisa melihat ke arah Monas, melihat lalu lalang Bus Transjakarta ataupun Bus Wisata 2 tingkat yang hilir mudik mengangkut warga yang ingin melihat Jakarta. Atau sekedar melihat pengunjung lain berfoto-foto di depan Gedung Museum Nasional.
Masalah kebersihan, Museum Nasional bisa dibilang sangat bersih. Tentu kita akan malu karena gedung ini kan termasuk aset Nasional yang juga patut kita banggakan.
Tertarik mengunjungi Museum Nasional ini sebagai sarana wisata edukatif ?
0 comments:
Post a Comment