AAARRRGGhhh


Jakarta No Space


Rabu, 1 September 2010, masih bulan puasa. Awal bulan dan saatnya gajian. Awal yang baik untuk memulai bulan dan menghadapi Lebaran yang dinanti.

Aura awal bulan sepertinya semakin menebal menyelimuti seluruh penghuni Jakarta. Aku biasakan pergi ke kantor lebih awal, 6.30 pagi padahal jam kantor dimulai pukul 8 pagi. Perjalanan kl. setengah jam atau kurang jika pergi pagi. Kalau pergi jam 7, harus bersiap untuk melewati jalur alternatif, alias Trotoar jalanan ibukota :D

Awal yang baik, semut-semut pekerja ibukota pagi itu tidak sangat ramai, tapi ramai. Seperti dugaanku, perjalanan menempuh setengah jam. Kantor masih sepi. Padahal jarak rumah-kantor "hanya" 10 km. Jika motor kupacu 60 km/jam saja, bisa kutempuh 10 menit. Jika kupacu 40 km/jam saja bisa 15 menit. Jika aku tiba di kantor selama setengah jam ? Kecepatan berapa tuh selama di jalan ?

Yap, mau lewat jl. Fatmawati, atau jl. Antasari, rasanya ga ada bedanya. Atau, lewat Antasari lebih sulit ditembus ? Maklum jam sibuk. (Apa ada jam "tidak sibuk" di ibukota ini? ).

Perjuangan tidak berhenti pada sore harinya. Pulang kerja jam 3 sore, kuambil jalur Antasari karena biasanya Fatmawati lebih kacau, lebih panas, lebih banyak metromini. Mulai lepas dari area terminal Blok M, perjuangan dimulai. Seakan di sepanjang jalur itu yang ada hanyalah rambu lampu merah saja. Jika ada istilah "padat merayap", istilah apalagi yang lebih untuk menggambarkan keadaan sore itu. Kecepatan motor tidak lebih dari 20 km/jam, itupun sering berhenti. Roda dua berubah menjadi roda dua PLUS satu kaki. Senbentar-sebentar berhenti. Itupun selap-selip di sisi kiri hampir bersenggolan dengan mobil di sisi kanan dan trotoar di sisi kiri.

Lewat Prapanca, keadaan masih tidak berubah. Setiap berhenti di lampu merah, para pebalap sudah siap-2 dengan tarikan gas masing-masing motornya. Kesabaran kembali diuji, padahal bulan puasa. Terlambat tarik gas, bunyi klakson di belakang bersahut-sahutan "mengusir" pengendara di depannya yang belum beranjak. Padahal lampu masih menunjukkan merah dan AKAN menuju Kuning, belum Hijau !

Antasari masih dengan keadaan super rapat. Jalan trotoar "alternatif" tidak ada. Kecepatan (entah cepat dari mana) tidak jauh berbeda. Sekali tarik gas, sekali menjejak bumi, rem, tarik gas lagi, rem, ampir nabrak motor di depan.

Berpacu dengan alam, cuaca di Selatan Jakarta sudah semakin gelap. Mungkin daerah Depok sudah mulai hujan, padahal tujuanku mengarah kesana. Kemacetan Jakarta masih terus membayang. Padahal jam masih sekitar pukul setengah 4. Biasanya jika bukan bulan puasa, jalanan masih cukup lancar, lancar ukurannya Jakarta.

Hore akhirnya lepas dari perempatan Cipete, arus lalin semakin renggang. Kupacu motor sekencang2nya mengejar agar tidak kehujanan di jalan. Too bad, hujan sudah ingin segera membasahi bumi Jaksel, tetes demi tetes diturunkannya ke bumi, perlahan hanya sedikit tetesan, tidak aku gubris. Sebagian pengendara motor sudah memakai jas hujannya. Aku masih coba menembus.

Di perumahan RSPP, hujan semakin deras, kupinggirkan motor dan mulai menyiapkan Transformasiku menjadi kamen Rider, lengkap dengan kostum anti air dan helm khas jagoan Kamen Rider. Brubah !
Akhirnya Kotaro Minami dan belalang tempurnya meneruskan perjalanan menembus hujan, padahal jarak ke rumah sudah dekat.

Tiba di rumah, hujan belum juga berhenti. Masih dengan senang riangnya membasahi bumi Jakarta Selatan dan Depok. Hmm ... perjalanan kutempuh hampir satu jam, tung itung itung, berarti kecepatan kurang lebih 10 km/jam ?! Rata-rata hanya tarik gas untuk 10 km/jam ? Seperti sedang belajar naik motor saja.

Apa jalanan ibukota sudah semakin mengecil dan mengerut ya? Atau sekarang mobil dan motor diproduksi gendut2 sehingga jalan cepat terisi oleh kendaraan seperti ini?

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls