Upacara, sesuatu yang saat aku sekolah dulu sangat ingin aku hindari, tetapi selalu bertemu di setiap hari senin. Kali ini, setelah aku bekerja, dan Upacara masih diberlakukan karena status pekerjaanku, hanya dilaksanakan sekali dalam sebulan.
Bulan November ini, upacara bulanan dilakukan tanggal 10 November untuk memperingati hari Pahlawan. Ada keinginan untuk tidak mengikuti upacara, tapi lantas aku berpikir, ini kan hanya sebulan sekali. Dan ini salah satu tanggung-jawab kita sebagai warga negara, memperingati jasa pahlawan. Kita sekarang enak-enakan, dulu para pendahulu kita berjuang mati-matian demi keadaan damai sekarang ini. Masa, kita sekarang sekedar upacara saja bermalas-malasan ? Hargai dong, walaupun tak akan bisa dibandingkan.
Kuikuti upacara hingga selesai. Pengucapan Pancasila aku ikuti. (Aku teringat ada anggota dewan yang tidak bisa mengucapkan satu-persatu sila Pancasila). Hingga akhirnya upacara berakhir juga. Peserta membubarkan diri setelah aba-aba bubar.
Jalanan di sekitar lapangan masih ramai lalu-lalang kendaraan. Mengejar waktu meraup rejeki. Entah mereka ingat hari tanggal 10 November atau sekedar ingat bahwa hari itu tanggal 10 (20 hari lagi sebelum gajian :) ).
Yang membuatku sedikit terusik, sebelum upacara dibubarkan, masih dalam posisi baris rapi, terdengar bunyi klakson sepeda motor berulang kali. Bunyi khas motor yang tergesa-gesa menyuruh motor di depannya segera maju karena lampu rambu sudah menyala hijau. Tipikal orang Jakarta.
Brow ... sabar sedikit lah, dikau tidak upacara, mungkin juga tidak mengingat kebaikan para pahlawan kita, setidaknya, hormati yang sedang melaksanakan upacara. Bahkan tidak ada acara mengheningkan cipta serentak se-Indonesia.
Bersabarlah, dan melajulah dengan tertib, dasar .......
0 comments:
Post a Comment