Ya hampir penuh, toh parkiran mobil cuma untuk lima mobil, dan 3 sudah terisi, satu buat kami, dan satu lagi mobil di belakang kami yang ternyata ke tempat itu juga.
Walaupun makan di Pizza Hut, tapi hari itu tidak ada Pizza yang kami pesan, hanya sosis, cheese roll dan fusili. Nah, saat sedang membolak-balik menu, aku sedikit memperhatikan, ternyata selain makanan, ada juga "nama makanan" yang merupakan paduan western-Indonesia. Namanya Nasi Beef Bawang.
Awalnya aku mengernyit, lho kenapa Beef bawang, kenapa bawang, bukan union. Dibaca lebih lengkap, ko didepannya ditulis Nasi, Nasi + Beef + Bawang ? Aku jelas belum pernah merasakan jenis masakan seperti itu. Mungkin enak. Tapi ya yang menggelitik ya namanya itu. Bisa-bisa aku dimarahi Pa Karnita, guru bahasa Indonesiaku semasa SMA. Tidak konsisten, begitu beliau mengatakan. Dan setahuku, kalau bahasa asing, penulisannya cetak miring. Ya tapi itu kan untuk karya-karya ilmiah.
Masalah menu kan hak prerogatifnya yang punya masakan. Apa salah penamaan seperti itu ? Toh akhirnya konsumen seperti aku jadi mudah mengingatnya. Dan mungkin itulah tujuannya. Tujuan promosi yang gampang. Membuat orang cepat mengingat, dan membuat penasaran, hingga akhirnya ingin mencicipi, dan tercapailah sales yang diinginkan. Memang sulit untuk membuat kalimat yang EYD. Toh penggunaan kalimat dengan EYD juga harus sesuai lingkungannya. Apa iya kita mau menggunakan kata-kata dengan EYD di pergaulan kita sehari-hari ? Sepertinya sinetron banget ya ?
BTW, apa karena waktu kami datang itu akhir bulan atau apa, saat kami pulang meninggalkan meja, pun para konsumen lainnya, tidak ada lagi sapaan hangat dari pelayannya. Jangankan bilang makasih, senyum pun tak ada (soalnya tidak ada yang menunggu di depan).
0 comments:
Post a Comment