Kerja di Rumah dpt 2 juta
Omset Ratusan Juta dari Toko Online
Setelah sebelumnya gagal makan di resto Godong Ijo, kami meneruskan perjalanan untuk makan siang di tempat lain.
Saat memasuki tempat ini, sudah beberapa mobil terparkir rapi. Lesehan pun banyak ditempati. Dan kebetulan ada yang kosong, namun masih berantakan. Sisa piring kotor masih belum dibereskan. Entah kurang sigap atau memang karyawannya yang sedikit.
Tunggu punya tunggu, tidak ada pelayan satupun yang datang menghampiri. Lama juga duduk menunggu, sekalian mengawasi anak-anak bermain ayunan. Akhirnya aku ke area depan, menghampiri salah satu pelayan pria nya. "Mas itu tolong saya mau di lesehan di sana" kataku pada pelayannya. "Oh ... tapi itu belum dibereskan ..."
Maksudnya gimana ya? Apa aku yang harus membereskannya sendiri.
Akhirnya menunggu lagi, tapi piring kotor belum juga dibereskan. Sampai kembali aku ke area depan, kali ini bertemu dengan si teteh nya. Mungkin dia lebih punya power. Kali ini aku minta dia, bahwa kita mau di lesehan tapi itu masih kotor. Dan si Teteh kemudian menyuruh pelayan pria lainnya untuk segera membereskan meja nya. ARgfsdgkjshva .... sempat kesel juga, tapi melihat anak-anak yang cuek main, ya sudah dibiarkan saja.
Menu sudah dipesan, 2 pecak ikan mas bakar, 1 sop iga, 3 nasi plus lalap dan sambal. Teh botol 2 sebagai pelengkap.
Menu yang kami pesan ternyata tidak perlu ditunggu lama. Sop Iga datang lebih cepat, disusul pecak. 2 piring pecak ikan mas bakar. Nasi hangat dan lalap serta sambal. Sayangnya, lalapan hanya dua jenis, mentimun dan daun pohpohan, itupun daunnya sudah layu, tidak segar. Padahal sambalnya bikin segar, sayang tidak ditunjang oleh kesegaran lalapnya.
Tapi yang paling membuat segar saat itu, pecak-nya. Muantap segar di saat suasana sedang lumayan terik. Pertama yang dicicipi jelas kuahnya. Segar. Ada asemnya, sedikit asin, agak pedas pokonya bercampur aduk memberi kesegaran yang pas. Ikan mas nya juga masih segar. Matang dengan cara dibakar. Tapi sepertinya cara membakarnya dengan api besar, jadi kulit ikannya cenderung gosong. Dan gosongnya ini memberi efek pahit karena terlarut dengan kuah pecaknya. Tapi kesegaran daging ikan mas cukup terjaga. Tanpa banyak bumbu, daging ikannya lebih terasa. Hati-hati dengan duri-duri lunaknya, karena ikan mas memang tidak di presto :P
Selesai makan, dengan tangan masih bergerilya menahan keinginan si kecil mondar-mandir di tempat ini, ada satu kejadian yang cukup mengganggu. Di ujung tempat lesehan, saat si kecil berjalan kesana, dia terperosok disana. Ternyata, kayu lantai lesehan sudah bolong, dan tidak terlihat karena tertutup tikar. Aku sempat khawatir karena kayu pecahannya terlihat tajam. Langsung kulihat kaki anakku, tapi dia sepertinya tidak terluka. Hanya kaget karena kakinya jatuh terperosok. Mudah-mudahan pengunjung yang lainnya tidak mengalami hal ini.
Selepas kenyang dengan makanan disini, akhirnya perjalanan liburan hari kedua berakhir dan kami melanjutkan perjalanan pulang melalui jalan Meruyung Limo, melewati Masjid Kubah Mas hingga akhirnya tiba di rumah dengan selamat walaupun di perjalanan diguyur hujan sangat lebat.
Saat memasuki tempat ini, sudah beberapa mobil terparkir rapi. Lesehan pun banyak ditempati. Dan kebetulan ada yang kosong, namun masih berantakan. Sisa piring kotor masih belum dibereskan. Entah kurang sigap atau memang karyawannya yang sedikit.
Tempat makan berupa lesehan |
Tunggu punya tunggu, tidak ada pelayan satupun yang datang menghampiri. Lama juga duduk menunggu, sekalian mengawasi anak-anak bermain ayunan. Akhirnya aku ke area depan, menghampiri salah satu pelayan pria nya. "Mas itu tolong saya mau di lesehan di sana" kataku pada pelayannya. "Oh ... tapi itu belum dibereskan ..."
Maksudnya gimana ya? Apa aku yang harus membereskannya sendiri.
Akhirnya menunggu lagi, tapi piring kotor belum juga dibereskan. Sampai kembali aku ke area depan, kali ini bertemu dengan si teteh nya. Mungkin dia lebih punya power. Kali ini aku minta dia, bahwa kita mau di lesehan tapi itu masih kotor. Dan si Teteh kemudian menyuruh pelayan pria lainnya untuk segera membereskan meja nya. ARgfsdgkjshva .... sempat kesel juga, tapi melihat anak-anak yang cuek main, ya sudah dibiarkan saja.
Menu sudah dipesan, 2 pecak ikan mas bakar, 1 sop iga, 3 nasi plus lalap dan sambal. Teh botol 2 sebagai pelengkap.
Menu yang kami pesan ternyata tidak perlu ditunggu lama. Sop Iga datang lebih cepat, disusul pecak. 2 piring pecak ikan mas bakar. Nasi hangat dan lalap serta sambal. Sayangnya, lalapan hanya dua jenis, mentimun dan daun pohpohan, itupun daunnya sudah layu, tidak segar. Padahal sambalnya bikin segar, sayang tidak ditunjang oleh kesegaran lalapnya.
Tapi yang paling membuat segar saat itu, pecak-nya. Muantap segar di saat suasana sedang lumayan terik. Pertama yang dicicipi jelas kuahnya. Segar. Ada asemnya, sedikit asin, agak pedas pokonya bercampur aduk memberi kesegaran yang pas. Ikan mas nya juga masih segar. Matang dengan cara dibakar. Tapi sepertinya cara membakarnya dengan api besar, jadi kulit ikannya cenderung gosong. Dan gosongnya ini memberi efek pahit karena terlarut dengan kuah pecaknya. Tapi kesegaran daging ikan mas cukup terjaga. Tanpa banyak bumbu, daging ikannya lebih terasa. Hati-hati dengan duri-duri lunaknya, karena ikan mas memang tidak di presto :P
Pecak Ikan Mas |
Selepas kenyang dengan makanan disini, akhirnya perjalanan liburan hari kedua berakhir dan kami melanjutkan perjalanan pulang melalui jalan Meruyung Limo, melewati Masjid Kubah Mas hingga akhirnya tiba di rumah dengan selamat walaupun di perjalanan diguyur hujan sangat lebat.
0 comments:
Post a Comment