Kerja di Rumah dpt 2 juta
Omset Ratusan Juta dari Toko Online
Long weekend hari ketiga, 20 april 2014, hari Minggu.
Kali ini perjalanan liburan tidak jauh-jauh dari rumah. Sekedar untuk makan siang di Mal dekat dengan rumah, Mal Cilandak.
Pada awalnya, aku sempat ragu pergi ke arah Cilandak, karena biasanya akan macet di akhir liburan karena banyaknya pengunjung ke arah Kebun Binatang Ragunan. Tapi ternyata perkiraan tadi meleset. Jalan menuju Mal Cilandak sangat lancar.
Tujuan kali ini ke Cilandak adalah untuk mencicipi sushi. Tempatnya di Ichiban Sushi. Gampang dicari, dari pintu masuk utama, tinggal ambil ke sisi kiri. Di depan eskalator ada Ichiban Sushi. Atau ada juga pintu masuk langsung dari arah depan, di sampingnya pintu utama.
Sekedar info, di Cilandak ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tempat makannya sudah lumayan bervariasi dan enak. Dulu hanya ada McD, KFC ataupun Dundo, dan baru tahun terakhir kemarin sudah ada Gokana, Platinum, Bread Talk dan macam-macam termasuk buat menikmati Kopi juga ada tempat yang nyaman.
Kembali ke Ichiban Sushi, saat kami masuk kesana, kami disambut dengan ramah oleh karyawannya. Setelah kami mencari tempat duduk, kami disodori 2 menu. Dengan sabar si mba-nya menunggu pesanan kami. Dan dengan ramah pula, merekomendasikan menu yang enak. Aku pun tak sungkan menanyakan mana yang matang dan mana yang mentah. Maklum lah, ini adalah "percobaan" kedua untuk makan Sushi. Jadi masih bingung dengan menu dan juga harus bersiap dengan rasa dan sushi-nya itu sendiri.
Ichiban Sushi Cilandak
Kali ini aku memesan Shrimp Tempura Roll. Jenis Authentic Roll yang matang, dan merupakan salah satu menu yang direkomendasikan. Sedangkan istri lebih memilih Sake Sakura. Minuman ? Kami memilih Teh Ocha dingin refill sedangkan anakku dibelikan Milo kesukaannya.
Aku pikir setelah pesan, sushi akan langsung datang. Ternyata, ada "waktu" tunggu yang lumayan untuk setiap menu-nya. Aku tidak tahu apakah dibuat dulu (=dimasak ?) atau sedang diapakan dulu. Yang pertama datang ternyata Sake Sakura. Istri dan Nefertiti memakan dengan lahap. Katanya sih enak. Awalnya, anakku Nefertiti seperti merasakan aneh saat salmon-nya masuk mulut. Tapi setelah disuruh coba makan, akhirnya Nefertiti malah ketagihan, pun dengan istriku. Sekedar info, Sake Sakura itu menurut di menu, adalah Salmon dengan mayonaise dan black sesame dengan nasi di dalam lingkaran salmonnya. Harganya sekitar 25 - 28 ribu, 2 buah.
Sake Sakura
Pesananku datang tak lama setelah Sake Sakura datang. 4 potong Sushi (matang) dengan serutan wortel. Sempat ragu juga apakah bakal enak ? Apakah aku bakal muntah ? Karena terus terang, aku kurang suka bau amis ikan, dan jika makan ikan dan tercium bau ikan, aku bisa mual.
Tapi ternyata rekomendasi mereka untukku tidak salah. Setelah dicoba, Shrimp Tempura Roll nya enak, setidaknya, inilah Sushi yang aku suka :D
Rasanya memang tidak familiar di lidah, tapi aku tidak muntah. Keterlaluan saja kalau sampai muntah, padahal kan sushi jenis ini sushi matang. Memakannya dengan ditambah Shoyu, membuat lebih mantap. Yang membuatku kesulitan adalah cara makannya. Katanya makan Sushi harus sekali makan. Aku coba sekali makan, hap, langsung masuk ke mulut, dan akibatnya mulutku penuh dengan potongan sushi. Kedua pipi menjadi gembung dan sedikit kesulitan dalam mengunyah. Walaupun akhirnya habis juga.
Potongan kedua, aku coba dengan memakannya dua kali gigitan. Tapi ternyata sulit juga, karena sisa gigitan menjadi sedikit berantakan dan akhirnya benar-benar berantakan di piringnya. Jadi sepertinya lebih enak dimakan langsung satu kali hap saja.
Setelah habis, istriku ternyata ingin mencoba lagi jenis yang lain. Dan akhirnya memilih Tako Sashimi. Apa itu Tako Sashimi ? Itu Gurita yang di Sashimi, makan mentah. Dan untuk menu yang satu ini, kami juga harus menunggu beberapa saat hingga hidangan itu tersaji di meja. Tako Sashimi, 3 irisan Tako berwarna ungu dengan daging putihnya.
Kembali lagi, awalnya aku ragu memakan Tako Sashimi ini. Istriku yang ngiler. Setelah melihat dia memakannya dan mengatakan enak, maka akupun memberanikan diri mencicipinya. Aku lebih memilih menggunakan tangan dibandingkan menggunakan sumpit untuk makan Tako ini. Tapi tak lupa aku tambahkan Wasabi di tako-nya. Ingat, jangan terlalu banyak, karena cukup pedas dan rasanya aneh :P
Pertama gigit, kunyah, ternyata enak juga. Kenyal, tidak bau anyir ataupun amis. Cukup enak hingga irisan tako itu habis dengan variasi Shoyu ataupun Wasabi. Satu irisan habis olehku, satu oleh istriku dan satu oleh anakku.
Hahaha ... mungkin aku memang kampungan terhadap makanan yang satu ini. Entah pengunjung lain melihatnya seperti apa. Tapi, keingintahuan dan rasa penasaran terhadap sushi, membuatku mencari dan mencoba lagi. Dan sebelum pulang, kami membungkus Sake Sashimi, alias Si Salmon yang di Sashimi untuk kami makan di rumah.
Singkat kata, saat malam, kami baru membuka Sake Sashimi yang tadi siang dibeli. Oya, Sake Sashimi dibungkus dan diberi es batu diatasnya agar tetap segar. Saat tiba di rumah pun, langsung masuk kulkas sehingga tetap terjaga kesegarannya. Tiba saat mencicipinya, istriku sudah menyiapkannya lengkap dengan Shoyu, wasabi dan serbuk cabe-nya.
Sake Sashimi
Pertama makan, (setelah melihat istriku memakannya), aku coba potong dulu sedikit. Lalu memberi perasan jeruk lemon, lalu cocol serbuk cabe dan terakhir celup Shoyu. Terakhir, hap langsung dimakan. Rasanya ... aneh. Salmon-nya tidak terasa anyir, tidak bau amis, dingin dan cenderung tawar. Hanya ada rasa dari Shoyu serta bubuk cabe. Potongan kedua, aku kasih Wasabi di atasnya. Lumayan enak. Lama-lama, wasabinya enak juga. Bau-nya sebenarnya aneh, pedas, pokonya aneh.
Setelah "istirahat" sejenak, aku tidak bisa melanjutkan lagi memakannya. "Rasa" yang keluar dari dalam perut kembali ke mulut, membuat sedikit mual. Tercium bau ikan, walaupun sebenarnya "rasa" seperti itu juga sering tercium saat makan ikan goreng. Tapi, image mentah masih sangat melekat, walaupun sebenarnya cukup enak juga. Potongan terakhir sari salmon tersebut akhirnya dihabiskan oleh istriku juga.
Dan ... berakhir pula long weekend di Jakarta. Menikmati jalanan Jakarta, jajan di Jakarta dan juga menghabiskan uang di Jakarta :(
Untuk menu tadi,
Shrimp Tempura Roll, Sake Sakura, Tako Sashimi, Sake Sashimi, 2 Ocha dingin dan 1 gelas Milo, harus ditukar dengan sejumlah uang sebesar 170 ribu. Tapi puas. Rasa, pelayanan, keramahan, kesegaran, cukup sesuai dengan harga tersebut.
PS : Pelayannya masih bisa bersikap ramah dan full smiling walaupun anakku Nefertiti menumpahkan hampir 3/4 isi gelas Milo-nya membasahi meja, lantai serta celana ibunya
Kali ini perjalanan liburan tidak jauh-jauh dari rumah. Sekedar untuk makan siang di Mal dekat dengan rumah, Mal Cilandak.
Pada awalnya, aku sempat ragu pergi ke arah Cilandak, karena biasanya akan macet di akhir liburan karena banyaknya pengunjung ke arah Kebun Binatang Ragunan. Tapi ternyata perkiraan tadi meleset. Jalan menuju Mal Cilandak sangat lancar.
Tujuan kali ini ke Cilandak adalah untuk mencicipi sushi. Tempatnya di Ichiban Sushi. Gampang dicari, dari pintu masuk utama, tinggal ambil ke sisi kiri. Di depan eskalator ada Ichiban Sushi. Atau ada juga pintu masuk langsung dari arah depan, di sampingnya pintu utama.
Sekedar info, di Cilandak ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tempat makannya sudah lumayan bervariasi dan enak. Dulu hanya ada McD, KFC ataupun Dundo, dan baru tahun terakhir kemarin sudah ada Gokana, Platinum, Bread Talk dan macam-macam termasuk buat menikmati Kopi juga ada tempat yang nyaman.
Kembali ke Ichiban Sushi, saat kami masuk kesana, kami disambut dengan ramah oleh karyawannya. Setelah kami mencari tempat duduk, kami disodori 2 menu. Dengan sabar si mba-nya menunggu pesanan kami. Dan dengan ramah pula, merekomendasikan menu yang enak. Aku pun tak sungkan menanyakan mana yang matang dan mana yang mentah. Maklum lah, ini adalah "percobaan" kedua untuk makan Sushi. Jadi masih bingung dengan menu dan juga harus bersiap dengan rasa dan sushi-nya itu sendiri.
Ichiban Sushi Cilandak
Kali ini aku memesan Shrimp Tempura Roll. Jenis Authentic Roll yang matang, dan merupakan salah satu menu yang direkomendasikan. Sedangkan istri lebih memilih Sake Sakura. Minuman ? Kami memilih Teh Ocha dingin refill sedangkan anakku dibelikan Milo kesukaannya.
Aku pikir setelah pesan, sushi akan langsung datang. Ternyata, ada "waktu" tunggu yang lumayan untuk setiap menu-nya. Aku tidak tahu apakah dibuat dulu (=dimasak ?) atau sedang diapakan dulu. Yang pertama datang ternyata Sake Sakura. Istri dan Nefertiti memakan dengan lahap. Katanya sih enak. Awalnya, anakku Nefertiti seperti merasakan aneh saat salmon-nya masuk mulut. Tapi setelah disuruh coba makan, akhirnya Nefertiti malah ketagihan, pun dengan istriku. Sekedar info, Sake Sakura itu menurut di menu, adalah Salmon dengan mayonaise dan black sesame dengan nasi di dalam lingkaran salmonnya. Harganya sekitar 25 - 28 ribu, 2 buah.
Sake Sakura
Pesananku datang tak lama setelah Sake Sakura datang. 4 potong Sushi (matang) dengan serutan wortel. Sempat ragu juga apakah bakal enak ? Apakah aku bakal muntah ? Karena terus terang, aku kurang suka bau amis ikan, dan jika makan ikan dan tercium bau ikan, aku bisa mual.
Tapi ternyata rekomendasi mereka untukku tidak salah. Setelah dicoba, Shrimp Tempura Roll nya enak, setidaknya, inilah Sushi yang aku suka :D
Rasanya memang tidak familiar di lidah, tapi aku tidak muntah. Keterlaluan saja kalau sampai muntah, padahal kan sushi jenis ini sushi matang. Memakannya dengan ditambah Shoyu, membuat lebih mantap. Yang membuatku kesulitan adalah cara makannya. Katanya makan Sushi harus sekali makan. Aku coba sekali makan, hap, langsung masuk ke mulut, dan akibatnya mulutku penuh dengan potongan sushi. Kedua pipi menjadi gembung dan sedikit kesulitan dalam mengunyah. Walaupun akhirnya habis juga.
Potongan kedua, aku coba dengan memakannya dua kali gigitan. Tapi ternyata sulit juga, karena sisa gigitan menjadi sedikit berantakan dan akhirnya benar-benar berantakan di piringnya. Jadi sepertinya lebih enak dimakan langsung satu kali hap saja.
Setelah habis, istriku ternyata ingin mencoba lagi jenis yang lain. Dan akhirnya memilih Tako Sashimi. Apa itu Tako Sashimi ? Itu Gurita yang di Sashimi, makan mentah. Dan untuk menu yang satu ini, kami juga harus menunggu beberapa saat hingga hidangan itu tersaji di meja. Tako Sashimi, 3 irisan Tako berwarna ungu dengan daging putihnya.
Kembali lagi, awalnya aku ragu memakan Tako Sashimi ini. Istriku yang ngiler. Setelah melihat dia memakannya dan mengatakan enak, maka akupun memberanikan diri mencicipinya. Aku lebih memilih menggunakan tangan dibandingkan menggunakan sumpit untuk makan Tako ini. Tapi tak lupa aku tambahkan Wasabi di tako-nya. Ingat, jangan terlalu banyak, karena cukup pedas dan rasanya aneh :P
Pertama gigit, kunyah, ternyata enak juga. Kenyal, tidak bau anyir ataupun amis. Cukup enak hingga irisan tako itu habis dengan variasi Shoyu ataupun Wasabi. Satu irisan habis olehku, satu oleh istriku dan satu oleh anakku.
Hahaha ... mungkin aku memang kampungan terhadap makanan yang satu ini. Entah pengunjung lain melihatnya seperti apa. Tapi, keingintahuan dan rasa penasaran terhadap sushi, membuatku mencari dan mencoba lagi. Dan sebelum pulang, kami membungkus Sake Sashimi, alias Si Salmon yang di Sashimi untuk kami makan di rumah.
Singkat kata, saat malam, kami baru membuka Sake Sashimi yang tadi siang dibeli. Oya, Sake Sashimi dibungkus dan diberi es batu diatasnya agar tetap segar. Saat tiba di rumah pun, langsung masuk kulkas sehingga tetap terjaga kesegarannya. Tiba saat mencicipinya, istriku sudah menyiapkannya lengkap dengan Shoyu, wasabi dan serbuk cabe-nya.
Sake Sashimi
Pertama makan, (setelah melihat istriku memakannya), aku coba potong dulu sedikit. Lalu memberi perasan jeruk lemon, lalu cocol serbuk cabe dan terakhir celup Shoyu. Terakhir, hap langsung dimakan. Rasanya ... aneh. Salmon-nya tidak terasa anyir, tidak bau amis, dingin dan cenderung tawar. Hanya ada rasa dari Shoyu serta bubuk cabe. Potongan kedua, aku kasih Wasabi di atasnya. Lumayan enak. Lama-lama, wasabinya enak juga. Bau-nya sebenarnya aneh, pedas, pokonya aneh.
Setelah "istirahat" sejenak, aku tidak bisa melanjutkan lagi memakannya. "Rasa" yang keluar dari dalam perut kembali ke mulut, membuat sedikit mual. Tercium bau ikan, walaupun sebenarnya "rasa" seperti itu juga sering tercium saat makan ikan goreng. Tapi, image mentah masih sangat melekat, walaupun sebenarnya cukup enak juga. Potongan terakhir sari salmon tersebut akhirnya dihabiskan oleh istriku juga.
Dan ... berakhir pula long weekend di Jakarta. Menikmati jalanan Jakarta, jajan di Jakarta dan juga menghabiskan uang di Jakarta :(
Untuk menu tadi,
Shrimp Tempura Roll, Sake Sakura, Tako Sashimi, Sake Sashimi, 2 Ocha dingin dan 1 gelas Milo, harus ditukar dengan sejumlah uang sebesar 170 ribu. Tapi puas. Rasa, pelayanan, keramahan, kesegaran, cukup sesuai dengan harga tersebut.
PS : Pelayannya masih bisa bersikap ramah dan full smiling walaupun anakku Nefertiti menumpahkan hampir 3/4 isi gelas Milo-nya membasahi meja, lantai serta celana ibunya
0 comments:
Post a Comment