7 Nov 2010

Journey to Semarang


Perjalanan dimulai jam 5 dari rumah menggunakan ojeg. Melewati jalan bango tembus ke KKO cilandak lalu ke pasar minggu. Jalanan agak tersendat maklum aktivitas pasar sedang rame-ramenya. Lepas dari pasar jalan sangat-sangat lancar. Ya … hari minggu pagi, jakarta ga rame lalu lintas. Lepas dari pasar minggu melewati taman makam kalibata lalu ke dewi sartika, otista dan akhirnya kampung melayu, sampai juga di stat jatinegara. Angin dingin menerpa cukup menusuk badan yang hanya diselimuti baju tanpa jaket.

Tiba di stat, suasana ramai menyambut. Jam di stat masih menunjukkan angka 5.40. Keberangkatan keretaku ke semarang di tiket dituliskan pukul 7. 27. Hore … lamanya menunggu. Waktu harus dibunuh pelan-pelan. Aku beli koran Warta kota dan kompas. Ku baca koran warta kota dan duduk di lantai karena tidak ada satupun kursi tersedia di tempat pembelian tiket. Kursi untuk penumpang menuggu kereta hanya ada di peron. Hmmm … berita pembobolan beberapa ATM di Jakarta, Kalimantan dan Bali masih menjadi buah bibir. 

Permintaan alami tubuh untuk ke kamar kecil akhirnya mengantarku masuk ke peron. Langsung mencari toilet. Ah … yang namanya toilet di Indonesia apalagi di tempat umum seperti stat, jangan banyak berharap lah. Kondisi toilet cukup bersih dan tidak terkesan bau.

Tunggu punya tunggu, di peron banyak sekali calon penumpang berbagai jurusan. Ada yang hanya duduk menunggu, memberi makan perut mereka di kios-kios stat, merokok dengan santainya … bermacam-macam ulah manusia.

Jam menunjukkan pukul 7.25. Ada pemberitahuan dari petugas kereta ke semarang lewat jalur 1. Argo muria. Lah … kereta ku fajar utama semarang, kelas bisnis alias kelas yang mampunya aku beli. Tanya ke petugas peron, ternyata fajar utama setelah kereta argo muria. Jam 7.30 ada pemberitahuan lagi, kali ini kereta fajar utama. Kereta berhenti dan aku naik melalui gerbong 4 padahal di tiket tertera gerbong 2. Hore … jalan-jalan di gerbong. Dengan membawa koper yang rodanya terus menggelinding di atas gerbong, melewati penumpang yang memenuhi koridor, juga teriakan para pedagang menawarkan jajanannya. Waduh …

Melewati gerbong 3, kereta mulai beranjak meninggalkan stat. Berjalan bergoyang-goyang di atas kereta menuju gerbong 2 bertempur melawan arus penumpang di koridor gerbong. Akhirnya sampailah dengan selamat sentosa ke tempat dudukku di gerbong 2 kursi 9a. Piuh … istirahat sejenak. Koper taruh di atas, tas tetap dalam jangkauan tangan. Lumayan si Mac putihku menemani jika diperlukan. 

Kereta bisnis, tanpa AC, kipaspun tidak dinyalakan. Tidak tahu ga bisa muter atau memang tidak dinyalakan. Satu-satunya sumber angin ya dari jedela kecil. Panas … 8 jam perjalanan menunggu …

Kereta terus memacu jalannya. Berhenti di Bekasi, Kerawang. Ayo kita tengok toiletnya. Ada di ujung gerbong dekat pintu keluar, wah … kondisinya menyedihkan. Yang mau buang air besar gimana ya? Toiletnya jenis toilet duduk, tapi tutup dan lidah tempat duduknya sudah copot, Digoyang-goyang, toiletnya ikut goyang. Gimana kalo dinaiki/diduduki ya? Air ada dari keran. Bau wipol, ga bau amoniak, tapi ga bersih.

Kereta terus beranjak dan tak terasa sudah pekalongan. Lewat dari stasiun ini tanpa disadari menengok ke arah kiri terlihat laut. Wah … ternyata jalur kereta mepet juga ke pantai. Uniknya, di sebelah kiri terlihat pantai namun menengok ke arah kanan terlihat bebukitan.

Waktu menunjukkan pukul 14.30 saat kereta memasuki stat Semarang Tawang. Perlahan kereta menghentikan lajunya. Sampai akhirnya benar-benar berhenti dan para penumpang mulai antri ke arah pintu keluar. Welcome to Semarang.





0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls