2 Dec 2014

Menikmati makan siang pinggir laut di Bandar Jakarta Ancol


November 2014
Sepulangnya kami dari Cianjur, karena sudah janji sama Nefertiti untuk mengajaknya main pasir di Ancol, maka kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Ancol. Untungnya hari itu adalah hari kerja, jadi perjalanan melewati Puncak menuju Jagorawi sedang lancar-lancarnya. 

Dari Jagorawi, kami belok menuju Tanjung Priok. Dan sempat macet di tol sekitar 1 jam, selebihnya lancar, masuk ke Ancol. Bayar dulu tiket di gerbang Ancol, Mobil plus kitanya sendiri, total Rp. 70.000. Selepas bayar tiket masuk, jangan lupa ambil tiket parkir yang ada di depannya. Tiket parkir ini sangat penting diambil, karena jika tidak, papan penghalang-nya tidak akan terbuka #ahpokonyaambilsajatiketnya

Dari gerbang Ancol, pas banget sesuai dengan rencana, Bandar Jakarta ada di depan kita. Langsung saja mobil bergerak lurus dari gerbang Ancol, parkir di depan Bandar Jakarta. 

Sebelum-sebelumnya, kami ga pede kalau mau makan di Bandar Jakarta. Melihat tempatnya saja sudah membuat kami mengelus-ngelus dompet. Tapi karena penasaran dan ada dana lebih :D maka kami mencoba juga Bandar Jakarta.

Walaupun bukan weekend, tapi  parkiran sudah penuh, mobil pun terpaksa parkir paralel-netral. 

Memasuki tempat ini, kita disuguhi aneka ikan laut baik yang sedang berenang-renang di akuarium, ataupun yang ada di peti es, untuk dipilih sebagai menu makan kita. Bermacam-macam ikan mulai dari ikan biasa hingga belum pernah aku temui ada disini. 

Yang masih berenang ada ikan Bawal, ikan Kerapu, Lobster, macam-macam udang, macam-macam kerang dari kerang dara, kerang bambu, kerang tahu. Yang di wadah es ada ikan Kakak tua, ikan sebelah (ini ikan memang sebelah, sebelah berwarna gelap, sebelahnya lagi berwarna putih). Macam-macam ikan yang belum pernah aku temui ada disini. Kita tinggal ambil keranjang-nya atau si mas-mas yang baik hati akan bantu kita bawain keranjang dan mengambilkan ikannya buat kita. 

Selepas memilih ikan-nya, kita ke bagian pemesanan buat ditanya-tanya sama si mba disana, ikannya mau diapain. Aku yang memilih ikan Kakak Tua minta dimasakin dengan Saus Thailand. Istriku memilih ikan sebelah yang minta digoreng saus asam manis. Sedang untuk Nefertiti dia minta kerang tahu saja. Nefertari ? Hanya icip-icip saja dari kami. 

Selepas pemesanan, kami memilih tempat duduk. Tempat duduk favorit biasanya deket pinggir lautnya, dan saat itu sudah hampir semuanya terisi penuh. Untunglah masih ada satu gazebo buat lesehan, di depan tulisan Putri Duyung di seberangnya.

Setelah duduk, baru deh si mas-nya menawari mau minum apa. Melihat orang lain di mejanya ada kelapa muda batok, hhhh... jadi ngiler juga, dengan suasana yang sedang panas-nya, aku pun pesan kelapa muda murni ga pake es ataupun gula. Teh botol 2 tidak lupa dipesan juga. 

Saat sedang menunggu menu makanan tiba, akupun mengajak Nefertari dan Nefertiti berkeliling melihat ikan-ikannya. Ada akuarium hias juga di depan lesehan kami. Termasuk di dalamnya ada ikan badut si Nemo. Anakku jelas antusias melihat si Nemo yang selama ini dilihatnya sebagai balon ataupun ikan mainan saja.

Tidak begitu lama, pesanan kami muncul. Ikan kakak tua pesananku tiba dengan selamat sentosa, digoreng di filet-filet dan diguyur saus Thailand yang asam dan segar.

Sebenarnya sayang juga, aku juga yang salah pesan, jadinya kurang bisa merasakan rasa asli ikan kakak tua karena sudah terbungkus rasa saus Thailand. Mungkin harusnya minta dibakar saja. Walaupun dengan saus Thailand tetep saja enak dan nikmat. Pun saat aku mencicipi ikan Sebelah milik istriku. Enak-enak.

Nasi-nya disajikan dalam satu wadah ... apa ya ... boboko  :D
Nasinya kayanya cukup untuk 4 orang, dan kata si mas karyawannya tuh nasi bisa di Refill. Tapi sampai kami kekenyangan pun, tuh nasi masih bersisa banyak. Ga jadi Refill hahaha

Kami sempat lempar-lemparan tebakan, berapa tagihan buat pesanan kami. Aku menebak antara 200 - 300 ribu. Istriku menebak antara 400 - 500 ribu. Let's see. Untuk menu berupa :
- 1 ikan Kakak Tua saus Thailand
- 1 ikan Sebelah saus asam manis
- 1 kerang tahu saus padang
- 1 kelapa muda batok
- 2 teh botol sosro
(lalap sambal gratis)

Ok, saatnya menyudahi waktu di Bandar Jakarta, kami pun bersiap meninggalkan tempat itu. Si mba karyawati menanyakan apa mau dibayar di kasir apa disana? Aku bilang langsung di kasir. Terus si mba-nya mengambil nomor antrian kami tadi dan menyerahkan pada temennya. Dan kita diminta mengikuti temannya tadi menuju kasir. Ooo... begitu toh caranya di Bandar jakarta ini.

Istriku yang membayar di kasir, sedangkan aku mengantar Nefertiti menuju toilet karena kakinya kena minyak dari lampu minyak di saung kami makan tadi :D

Selepas dari kasir, istriku dengan wajah cemberut, berkata "Tau gitu dari dulu mending makan disini saja, daripada ayam fried chicken mulu". "Emang berapa?" "157 ribu"
"Emang ga salah itung?"
"Engga, dia juga nyuruh cek lagi pesanan, udah semua"
Weh ... rupanya tebakan kami tidak ada yang benar. Total bill sebesar 157 ribu. Dan sudah sangat kenyang buat kami. Lumayan lah, daripada kalau kami cuma pesan ayam-nasi, belum minuman sodanya, sama mineralnya. Mendingan ke Bandar Jakarta kalau sudah tau begini. Harganya ga jauh beda. Tempatnya aja yang bikin kami keder :D

Tapi beda kalau kami pilih menunya Lobster atau Udang Ronggeng, yang harga satu ekornya tertera di akuarium sebesar 170 ribuan ... per ekornya ...

Tapi ya cukup lah buat ikan asing lainnya. Ukurannya lumayan, mau yang super lumayan juga ada. Ikan yang aku pesan cenderung kecil, jika dibandingkan teman-temannya di box es, tapi ternyata itu sebesar telapak tangan orang dewasa. Dan mengenyangkan.

Ga kecewa lah masuk ke Bandar Jakarta, yang bikin kecewa dari tempat ini yaitu ... kita baru tau harganya ga se-nightmare tempatnya :P





0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls