Bermula dari lepasnya tambalan gigi geraham sebelah kiri, akhirnya aku putuskan tidak menambalnya lagi. Dengan menguatkan hati, aku berniat untuk mencabutnya saja. Apalagi gigi paling ujung (dibelakang yang ditambal) posisi tumbuhnya tidak normal, giginya tidur. Bukannya tumbuh ke atas, tapi miring dan mendorong gigi geraham di depannya (gigi yang aku tambal).
Berangkatlah aku ke klinik spesialis tribrata di Melawai, Jaksel. Setelah cek, aku diminta balik lagi (janjian) dengan dokter spesialisnya. Setelah aku balik keesokan harinya, dicek oleh dokter spesialis (Sp. BM) dan minta di rontgen terlebih dahulu. Pindah ruangan, lalu dirontgen sebentar. Terlihat dengan jelas gigi paling belakang dalam posisi tidur dan gigi geraham di depannya, akarnya agak condong (karena dorongan dari gigi tidur itu).
Pada hari itu aku tidak jadi dicabut lagi. Dijadwal ulang seminggu lagi, dan akupun diberikan obat (antibiotik dan penahan sakit) dan gigi geraham yang sebelumnya ditambal, dibiarkan begitu saja.
Seminggu berlalu, deg-degan banget rasanya. Aku paling tidak suka aroma klinik, apalagi kursi dokter gigi. Dan suara bornya itu ... sereeeem
Mau tak mau, daripada terus menerus sakit, dengan segenap kekuatan, aku mantapkan kaki. Hari kamis, 15 maret 2012, sampai di klinik sekitar pukul 10 pagi. Nunggu hingga satu jam karena ternyata ada yang dioperasi juga (sepertinya) dan suara bor-nya membuat kakiku semakin gemetar ...
Pukul 11.15 aku duduk di kursi dokter gigi. Ditangani drg. Kadaryati, Sp.BM, suntik bius beberapa kali ditusukkan di gusi tempat gigiku akan dicabut. Entah berapa kali suntik, tapi aku tidak merasakan tusukan jarumnya dari pertama kali tusuk, aneh, padahal sekecil-kecilnya jarum suntik, biasanya kan terasa saat menusuk. Mungkin dokternya sudah super jago kali :)
Setelah menyuntikkan bius-nya, aku dibiarkan selama 5 menit (sambil aku lihat jam). 11.20 bu dokter mulai beraksi dengan dibantu asisten. Hhhh ... aku mendingan merem saja. Dan sebagian besar aku memang memejamkan mata saja, tidak berani melihat dan membayangkan. Suara bor menderu-deru ... ngiiiiiiiing ...... nguuuuuung .... wadau ... ngeri ...
Tapi beruntung, alhamdulillah dan terima kasih untuk para orang-orang pintar atas penemuan obat bius karena selama pengerjaan itu, aku tidak merasakan sakit. Yang bikin (kuping) ngilu adalah suara bor-nya yang terus mengebor. Dengan cekatan bu dokter mengerjakan. Aku sudah tak sempat melihat jam lagi (mendingan aku merem saja ... )
Waktu berjalan sepertinya sangat lambat. Sampai pada kesempatan bu dokter sepertinya sedang mencabut gigi tidur, terasa suara gemeretak (tapi tak terasa sakit). Sepertinya butuh 2 kali dicoba dicabut, dan akhirnya tercabut juga. Hilang sudah 2 gigiku, gigi tidur dan gigi geraham di depannya (yang sudah bolong).
Sesaat kemudian terasa ada benang menyentuh bibir kananku yang tidak dalam kondisi kena bius. Rupanya bu dokter sedang menjahit luka gusiku. Gila, 2 gigi cuy ...
Terasa beberapa kali tali ditarik-tarik, diikat. Aku ngintip sebentar, beuh... benangnya segede tali jahit nilon, sepertinya segede gitu. Segede benang knur buat main layangan kali ada. Abis selesai dijahit, disemprotkan obat (ga tau dah), trus suruh kumur agak lama.
Karena rahang kiri masih mati rasa, sulit sekali berkumur tanpa keluar airnya. Beberapa kali diingatkan "dikumur dulu, jangan langsung dibuang"
Gimana kumurnya, bagian kiriku mati rasa, jadi ga kerasa kumuranku langsung muncrat keluar. Brrr... merah darah ...
Selesai itu, duduk lagi. Entah berapa cairan disemprotkan oleh bu dokter hingga akhirnya si asisten memberi sejenis kasa untuk digigit di bagian yang baru saja dioperasi. Selesai.
Waktu menunjukkan pukul 12.10.
Lama juga. Bedah gigi tidur plus gigi geraham bolong. Karena banyak cairan dalam mulut (dan rasanya aneh, seperti betadin) rasanya ingin diludahkan, tapi dilarang. "Jangan sering meludah, nanti pendarahan"
Padahal rasanya aneh banget, dan bener saja pas diludahkan, rasanya tidak jauh lebih baik. Dan meludah menjadi hal yang sulit sekali karena sebagian mulut masih mati rasa. Alhasil, ludah hanya meleleh di bibir. Beberapa kali ingin meludah, dan saat diludahkan, rasanya semakin tidak enak. Beberapa kali menjadi berasa muntah.
Duduk sebentar, mengambil tisu sebanyak-banyaknya. Dan akhirnya, obat kumur yang masih ada di mulut, beberapa kali aku telan. Daripada aku ludahkan, rasanya tak jauh lebih baik.
Selesai dari ruang dokter, mengambil obat di bawah, lalu kembali ke kantor. Akhirnya ijin untuk pulang saja deh. Karena kata sebagian orang yang sudah dicabut (hampir mirip kasusnya), darah bakal keluar banyak, sakit super nyut-nyut.
Jauh sebelumnya, aku pernah di operasi (kecil) di bagian ibu jari gara-gara ada mata ikan. Dan sakitnya nyut-nyutan banget hingga beberapa hari. Saat itu aku bayangkan, ini bakalan sakit LUAR BIASA karena letaknya di dalam mulut, basah hingga luka sulit kering, dan karena gigi yang dicabut langsung 2 gigi.
Aku kembali melihat jam. Sekitar pukul 2 siang, sepertinya efek bius mulai hilang. Rasa sakit mulai tampak. Aku sudah ganti kasa yang aku gigit. Dan setelah mulai merasakan sakit, aku langsung tidur saja. Bangun tidur, sekitar pukul 4 sore, sempat meludah sekali. Masih bercampur darah. Lalu aku paksakan makan bubur buatan istriku (thanks dear, even you're pregnant, still have time to make it).
Setelah makan bubur, langsung minum obat, 2 kapsul antibiotik, 1 tablet novastan. Lumayan setelah itu, tidak sakit. Dan jika boleh jujur, setelah merasakan sakit di sekitar pukul 2 siang tadi, setelah bangun aku tidak merasakan sakit yang nyut-nyut. Ada sedikit sakit, tapi jauh dari nyut-nyut. Jauh dari yang pernah aku rasakan saat bedah ibu jari. Bisa dikatakan, tidak sakit. Aneh. Yang jelas, makasih bu dokter, sudah bekerja dengan sangat baik pada gigiku.
Keesokan harinya, pagi hari minum 2 kapsul antibiotik, 1 tablet penahan sakit (harga 1 tabletnya 15 ribu, dimakan sehari satu), trus 1 tablet novastan. Alhamdulillah, tidak ada rasa sakit. Sepertinya tidak ada pendarahan lagi. Walau begitu aku belum sanggup membuka mulut lebar-lebar. Makan bubur pun setengah disruput.
Hari berikutnya, juga tidak ada rasa sakit. Padahal bu dokter memberi obat yang 15 ribuan setabletnya, untuk menahan sakit, katanya karena yang dicabut langsung dua. Pokonya jempol buat bu dokter, karena segala mimpi buruk dari teman-teman yang pernah dicabut, ternyata tidak terwujud. Aku tidak merasakan sakit saat recovery. Satu-satunya saat sakit adalah sekitar pukul 2 siang itu, dan hilang setelah aku bangun dari tidur siang.
Hhhh... akhirnya terlewati juga deg-degan itu
0 comments:
Post a Comment